Lihat ke Halaman Asli

ACJP Cahayahati

TERVERIFIKASI

Life traveler

Melihat Wajah Pelabuhan Eropa: Indonesia Butuh Pelabuhan??

Diperbarui: 17 Juni 2015   17:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14162284081576689116

[caption id="attachment_376075" align="aligncenter" width="592" caption="mobil tunggu di jalur 5 di Pelabuhan Gedser, Denmark (dok pribadi)"][/caption]

Salah satu target pengalihan dana penghematan subsidi BBM pak Jokowi sebesar 100 triliun rupiah adalah pembangunan 24 pelabuhan termasuk pelabuhan dalam di Sumatra, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Rencana ini tampaknya berkaitan dengan dihentikannya oleh Jokowi proyek ambisius pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS), yang tadinya digadang-gadang SBY menjadi mega proyek Indonesia sebelum beliau lengser.

Luarbiasanya nilai proyek JSS terasa menjadi tak berimbang bila mengingat kurangnya juga pelabuhan dan dermaga di Indonesia bagian Timur. Walaupun tentu, apalagi bagi yang pernah naik ferry dari Merak - Bakauheni pp, pastilah sangat menyadari bahwa perbaikan manajemen dan infrastruktur di sana sifatnya sudah sangat genting. Wah ... kalau perusahaan-perusahaan Indonesia menerapkan manajemen just in time sudah bangkrut semua deh, karena delivery time barang gak bisa diprediksi dan macet entah di pelabuhan atau di jalan.

Dari beberapa pengalaman saya melalui pelabuhan-pelabuhan di Eropa, yang lancar, cepat dan waktu tunggu bisa diprediksi, saya sangat sadari tentu saja Indonesia butuh pelabuhan tambahan dan perbaikan manajemen dan infrastruktur pelabuhan yang ada untuk kelancaran perdagangan dalam negeri.

[caption id="attachment_376076" align="aligncenter" width="594" caption="truk dan bus di jalur 7, 8 dan 9 di Gedser (dok pribadi)"]

14162285141256333700

[/caption]

Beberapa Wajah Pelabuhan Ferry Eropa

Menyebrang dari Jerman di Utara ke negara-negara Skandinavia dapat melalui 5 pelabuhan, dari Kiel, dari Puttgarden, dari Travemünde, dari Rostock dan dari Sassnitz. Yang kami lalui arah sebaliknya dari Gedser di Denmark ke Rostock. Penyebrangan dari Gedser ke Rostock ini ada 9 - 10 kali penyebrangan per hari.

Ketika kami sampai di Gedser, tempat tunggu mobil masih lengang tapi kemudian lambat laun terisi juga oleh bus-bus, truk-truk dan mobil pribadi. Petugas lapangan yang bekerja hanya 2 orang saja, tapi semua berjalan rapi dan tertata.

Mobil pribadi di jalur 1-6, jalur 7-10 untuk truk dan bus-bus besar. Truk-truk ini mengangkut beragam komoditi dan produk Denmark atau Jerman. Terlihat di sini bahwa pelabuhan sangat membantu kelancaran perekonomian kedua negara.

Karena kami tiba di Gedser lebih awal dari perkiraan, maka ferry yang siap berangkat bukan ferry yang kami reservasi. Awalnya kami sempat ragu apa kami bisa berangkat dengan menggunakan ferry itu. Namun ternyata birokrasinya tidak berbelit-belit dan petugas loket tidak mempermasalahkannya, haaaa ... leganya, kami pun bisa ikut terangkut.

Ferry yang kami tumpangi dari Gedser adalah ferry besar dengan kapasitas angkut 977 penumpang, 210 mobil dan 42 truk. Dibutuhkan kurang lebih 15 menit mulai kami masuk ke kapal sampai berangkat. Dermaga yang mereka miliki sepenglihatan saya hanya ada 2 saja, yang berangkat dan masuk.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline