Uskup Atambua, Mgr. Dominukus Saku, Pr bersama ribuan umat dan para imam serta biarawan/ti, Keuskupan Atambua yang berada di wilayah Dekenat Kefamenanu, mengadakan Jalan Salib Laudato Si di tempat penghijauan, Kobe-Bijaela Sunan, wilayah Paroki Eban, hari Jumat (4/3/2022).
Jalan Salib di alam terbuka Kobe-Bijaela Sunan-Eban, merupakan tindak lanjut dari Penghijauan yang sudah dilakukan Bapak Uskup Atambua bersama umatnya, beberapa bulan sebelumnya. Jalan Salib merupakan kegiatan rutin devosional setiap umat Katolik saat memasuki masa Prapaskah. Bapak Uskup dan umatnya menggunakan momen ini untuk menanam lagi berbagai anakan pohon di lokasi penghijauan ini sambil berdoa sepanjang jalan salib itu. Para petugas menempatkan Stasi Jalan Salib sesuai jalur penghijauan yang akan dilalui. Setiap stasi dilalui dengan doa bersama dan menanam anakan pohon oleh umat.
Jalan Salib mengikuti rute yang sudah disiapkan, jaraknya kurang lebih satu kilometer lebih. Setiap stasi dilalui dengan doa Jalan Salib Laudato Si dan diikuti dengan penanaman pohon seusai doa di setiap stasi. Pemimpin Jalan Salib adalah Frater TOP Paroki Eban. Rute Jalan Salib itu cukup menantang karena jalurnya mendaki, dan juga terdapat berbagai longsoran. Peserta diarahkan untuk berdoa sekaligus menanam pohon agar bisa merawat bumi sebagai rumah kita bersama. Pada saat berada di Stasi XII, peserta berdoa sambil berlutut di ketinggian Bukit Bijaela Sunan. Seusai berdoa, peserta diberi kesempatan untuk menanam pohon secara masif di berbagai hamparan tanah yang ada, termasuk lokasi tertentu yang mulai longsor. Orang muda, orang tua dan anak-anak terlibat aktif dalam kegiatan ini. Jalan Salib terus dilaksanakan hingga Stasi XIV. Sebelum berkat penutup Jalan Salib Laudato Si, Uskup Atambua memberikan beberapa arahan penting. Pada kesempatan ini, Uskup Atambua, Mgr Dominikus Saku, Pr mengatakan bahwa paroki-paroki yang ada selain yang berada di sekitar lereng Gunung Mutis, silahkan mengadakan pelestarian lingkungan terutama di lokasi sumber mata air di paroki masing-masing. Beliau juga menegaskan bahwa Bahan APP tahun ini memuat hal itu sehingga tahun ini kita fokus mengadakan pelestarian pada sumber-sumber air. Beliau juga menginstruksikan kepada para pastor paroki untuk mendata sumber-sumber air yang membutuhkan pelestarian di paroki masing-masing. Bila ada tempat yang longsor, pelestarian lingkungan perlu mendapat perhatian untuk menghindari bahaya longsor yang lebih besar.Selain itu, Uskup Atambua menghimbau kepada umat di paroki-paroki untuk bekerja sama dengan Komunitas Eko Enzym NTT untuk pengadaan pupuk bagi masyarakat kita. Uskup Atambua mengatakan keprihatinannya setelah menyaksikan banyak pohon ampupu mati oleh karena lahan itu dibuka menjadi lahan pertanian.
"Tadi saya lewat, saya prihatin karena lihat banyak pohon ampupu mati kemudian di bawah pohon itu tumbuh jagung yang hidupnya tidak subur, ini sangat memprihatinkan," ungkap Uskup. Lebih lanjut, beliau mengatakan sedang membangun koordinasi dengan Badan DAS Benenain untuk mengadakan berbagai anakan pohon produktif untuk membantu saudara-saudari di sekitar kawasan ini supaya tidak lagi memperparah kerusakan hutan. Fokus kita adalah pelestarian lingkungan hidup dan peningkatan produktivitas kehidupan umat.
Uskup Atambua mengucapkan terima kasih kepada semua umat dan komponen masyarakat dari unsur pemerintahan Kabupaten TTU dan pihak Gereja yang terlibat dalam kegiatan ini.
Kegiatan ini ditutup dengan berkat penutup Jalan Salib Laudato Si oleh Uskup Atambua, Mgr. Dominikus Saku, Pr di lokasi penghijauan Bijaela Sunan, Eban. (KU)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H