Lihat ke Halaman Asli

Kristo Ukat

Dosen di STP St. Petrus Keuskupan Atambua-Kefamenanu-Timor-Nusa Tenggara Timur

Teguran: Perhatian Maksimal

Diperbarui: 11 Agustus 2021   15:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Teguran adalah bentuk dari perhatian. Foto (Dokpri)

Teguran berasal dari kata tegur. Tegur berarti ucapan untuk mengajak bercakap-cakap atau juga Kata ini memiliki beberapa kata turunan yakni berteguran/saling menegur artinya sapa-menyapa. Menegur berarti mengajak bercakap-cakap (bertanya dan sebagainya), menyapa; mencela; mengkritik; memperingatkan; menasihatkan; mengganggu (tentang setan, hantu). Meneguri berarti menyapa kepada. Jadi teguran itu selain ajakan bercakap-cakap, sapaan tetapi juga juga mengandung arti celaan; kritik; ajaran (sentilan, jeweran) dan juga peringatan.

Apakah manusia membutuhkan teguran? Seorang anak perlu ditegur oleh orang tuanya. Seorang siswa perlu ditegur oleh gurunya. Seorang pegawai perlu ditegur oleh atasannya. Seorang bawahan boleh menegur atasannya. Seorang pemimpin agama perlu menegur umatnya dan sebaliknya. Teguran sebagai ajakan untuk bercakap-cakap dan saling menyapa, menjadi hal yang mutlak perlu bagi manusia sebagai makluk sosial. Komunikasi antar sesama manusia untuk saling mengenal dan mengembangkan menjadi tuntutan agar manusia dapat mewujudkan dirinya sebagai pribadi bermartabat.

Selain itu, manusia membutuhkan pula teguran yang mengandung arti peringatan, kritikan bahkan celaan. Peringatan itu nasihat (teguran dan sebagainya) untuk memperingatkan. Teguran itu juga sebagai catatan dan ingatan serta kenang-kenangan. Peringatan juga sebagai sesuatu yang dipakai untuk memperingati. Kritik itu sebagai proses analisis dan evaluasi terhadap sesuatu dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman, memperluas apresiasi, atau membantu memperbaiki pekerjaan. Sedangkan celaan itu hasil mencela, kecaman yang terkadang mengandung kritikan pujian dan tidak dihiraukannya. 

Pada dasarnya teguran yang mengandung peringatan, kritikan bahkan celaan, sesungguhnya mengandung hal yang positif di dalamnya untuk menggerakkan orang menyadari keberadaannya sebagai manusia. Manusia membutuhkan teguran agar bisa berkomunikasi, melihat dan menilai dirinya sendiri. Teguran dapat membuat orang masuk ke dalam dirinya untuk mengevaluasi perkembangan dirinya baik secara positif maupun negatif. 

Teguran yang bersifat kritikan, peringatan sebagai usaha untuk memperingatkan seseorang agar sadar dengan apa yang telah dilakukannya sehingga ia kembali ke jalan yang benar. Bila sikap dan perbuatan seseorang cenderung negatif dan kontraproduktif maka teguran menjadi sangat penting untuk mengembalikan orang itu ke jalan normal dan benar. Sedangkan bila teguran itu bersifat positif, hal itu sebagai bentuk apresiasi riil dan konkrit akan capaian sebuah perjuangan.

Teguran bisa datang dari manusia, alam dan orang lain bahkan Tuhan. Sesama manusia bisa memberikan teguran dalam berbagai bentuk. Bapak menegur anaknya yang sedang bermain api di di dalam kamar tidur. Teguran bisa datang dari alam. Hujan berkepanjangan sehingga memungkinkan adanya longsor dan malapetaka lainnya. Tuhan pun dengan caranya, menegur manusia agar tidak jatuh ke dalam dosa.

Teguran adalah bentuk dari perhatian. Alam, orang lain, lingkungan dan Tuhan menegur sebagai bentuk kepedulian dan perhatian yang besar bagi pertumbuhan hidup manusia. Hidup terus berjalan. Teguran terus dibutuhkan, karena jalan manusia tidak selalu lurus. Kelalaian, kecerobohan, kesalahan, kesengajaan bisa membuat manusia jatuh dan tersesat. Teguran adalah bentuk perhatian untuk mengembalikan manusia kepada jalan yang sebenarnya. 

Maka teguran sebenarnya bagian dari perhatian penuh kasih untuk melahirkan manusia yang dewasa dan bijaksana. Jangan terkejut saat melihat perubahan seseorang, jika dia berubah menuju kebaikan maka ucapkan syukur dan terima kasih. Tapi jika dia berubah ke arah yang buruk maka nasehatilah dan ajaklah untuk kembali ke jalan yang benar.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline