Pencipta adalah orang atau sesuatu yang mencipta (membuat). Mencipta berarti memusatkan daya pikir untuk mengadakan sesuatu. Pencipta dan mencipta berasal dari kata dasar cipta yang artinya daya pikir yang dapat menimbulkan suatu karya, angan-angan yang kreatif.
Allah adalah pencipta dunia, termasuk manusia. Demikianlah pengetahuan iman kristiani, sebagaimana tercantum dalam Kitab Suci dan direnungkan oleh para bapa Gereja. Bahwa Allah itu pencipta berarti dalam kasih-Nya yang kudus, Ia telah memutuskan untuk hidup bersama suatu kenyataan di luar diri-Nya yang dijadikan-Nya justru untuk itu.
Tindakan mencipta itu seperti juga tindakan mewahyukan diri, ikut turun ke bawah.
Allah adalah pencipta. Hal ini ditulis dalam Alkitab: "Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi" (Kej 1:1), Allah menyatakan dirinya lewat ciptaan. Mazmur menuliskan bahwa, "Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangannya".
Penciptaan menunjuk pada eksistensi Allah dan tanggung jawab kita. Juga ada tertulis, "Sebab apa yang tidak nampak dari padaNya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dan karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat beralih" (Rm 1:20).
Allah berbicara dan dunia jadilah. Mazmur menggambarkan bahwa, "Oleh firman Tuhan, langit telah dijadikan, oleh napas dari mulut-Nya segala tentara-Nya. Sebab Dia berfiman, maka semuanya jadi; Dia memberi perintah, maka semuanya ada" (Mzm 33:6,9).
Allah menciptakan dunia dalam enam hari dalam arti yang sebenarnya. Dalam Alkitab juga digambarkan bahwa, "Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari sabat dan menguduskannya (Kel 20:11). "Allah melihat segala yang telah diciptakan, dan sungguh baik adanya" (Kej 1:31).
Penciptaan dalam teologi dipahami sebagai kepedulian manusia mengenai keberadaannya, yang mengandung pertanyaan-pertanyaan "dari mana" dan juga meluas sampai mencakup penciptaan dunia atau kosmos dan sejarah. Kitab Suci menyajikan bahwa Allah sebagai semacam teladan dalam menghasilkan karya, perajin seni manusiawi mencerminkan citra Allah sebagai Sang Pencipta.
Hubungan itu tergambar dalam bahasa Polandia, yaitu kaitan logat antara kata strca (Pencipta) dan twrca (perajin seni). Yang menjadi perbedaan yaitu bahwa Allah adalah satu-satunya yang menciptakan mengurniakan keberadaan sendiri, Ia mengadakan sesuatu dari ketiadaan. Sedangkan perajin seni sebagai kontras menggunakan sesuatu yang sudah berada yang itu diberinya bentuk dan makna.
Itu pola bekerja yang khas bagi manusia, sebagai yang diciptakan menurut Citra Allah. Seorang pun tidak dapat merasakan secara lebih mendalam selain dari pada seniman-seniwati, pencipta-pencipta kreatif keindahan.
Sebab suatu percikan citarasa sudah begitu memancar dari penglihatan mereka, bila tertangkap oleh daya yang tersembunyi seperti bunyi, kata, warna-warni, bentuk yang dikagumi, dan juga di situ dirasakan gema misteri penciptaan Allah, satu-satunya Pencipta segala sesuatu yang juga menghendaki untuk menggabungkan seniman-seniwati itu.