Lihat ke Halaman Asli

Jojo Simatupang

Sarjana Pendidikan | Guru | Penulis

Indonesia Darurat Pornografi dan Pornoaksi

Diperbarui: 29 September 2022   18:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Angka perceraian di kota Semarang melonjak karena istri tidak mau tunduk kepada suami. Sumber: Kompas/tangkapan layar

Pornografi dan pornoaksi merupakan sebuah hal yang dilarang dari berbagai unsur. Unsur agama, unsur budaya, dan unsur moral, serta unsur sosial. Tentunya setiap manusia memiliki hal pribadi terhadap milik pribadinya.

Di era modern saat ini, hal pornografi dan pornoaksi tidak secara gamblang terdeteksi. Hak asasi manusia yang modern secara harfiah dikatakan melingkupi kebebasan berekspresi dalam individu manusia. Salah satunya kebebasan menampilkan bentuh tubuh pribadi dan aksi sensual individu manusia.

Perempuan di era modern merasa dirinya setara dengan laki-laki, sehingga mereka merasa memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan laki-laki. Tentu hal itu sah-sah saja, memang dalam negeri Pancasila ini laki-laki dan perempuan setara. Sejak dahulu sudah tercerminkan demikian. Terbukti dengan terpilihnya pemimpin-pemimpin tanah air yang mampu menorehkan prestasinya.

Tahukah bahwa ada HAM yang kebablasan sehingga berdampak buruk bagi kaum perempuan. Entah hanya sekadar mencari sensasi atau ketenarang, kaum hawa banyak yang memamerkan apa yang ia miliki dan lakoni. Hal ini terbukti dari algoritma di media sosial masa kini.

Di Instagram salah satunya, foto atau cideo yang berisi keseksian lekuk tubuh perempuan menjadi tampilan yang laris. Bukan sekadar 'suka' yang tinggi, konentar pun banjir memuji kemolekan perempuan tersebut. Bahkan netizen yang menambahkannya menjadi 'favorit' atau 'tersimpan' juga banyak. Belum lagi yang mengunduh foto/video tersebut.

Di TikTok menjadi tren yang menunjukkan lekuk tubuh perempuan dan aksinya. Dari joget-joget dengan pakaian ketat, goyangan anggota tubuhnya, sampai transparansi pakaian ya. Entah sengaja, tidak sengaja, atau bagaimana pun tidak tahu. Tidak sedikit komentar justru mendukung dan memuji penampilan/tubuhnya yang indah.

Contoh saja 'gamer' Sarah Viloid. Ia adalah perempuan yang kerap mengisi layar para 'gamers' tanah air. Dalam postingannua, bukan sekadar melihat permainannya, namun bentuk tubuhnya yang semakin ditonjolkan. Entah itu trik 'marketing' atau justru memang begitu adanya.

Kemudian istri dari Joshua Suherman, yaitu Clairine Clay. Postingannya berbikini pasca menikah masih menjadi tren para laki-laki yang mengagumi bentuk tubuhnya. Mendadak Clay (sapaannya) menjadi viral dan terkenal. Tidak sedikit komentar yang memuji dirinya dan suaminya Jojo Suherman.

Apakah hal ini baik? Atau justru berbahaya? Ya tentu saja! Siapa yang perlu disalahkan? Kaum perempuan modern mengatakan hal ini adalah kesalahan laki-laki yang berpikiran kotor, sedangkan pihak perempuan menganggap hal tersebut adalah bentuk apresiasi dirinya dan kebanggaannya memiliki tubuh yang indah.

Di lain sisi, hal tersebut menjadi gairah bagi laki-laki dalam bermedia sosial, khususnya TikTok. Karena dengan mudah dan seringnya menyuguhkan konten sensual tersebut. Laki-laki bahkan rela berjam-jam menatap layar HP mereka masing-masing untuk melihat perempuan-perempuan penggugah selera mereka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline