Lihat ke Halaman Asli

Jojo Simatupang

Sarjana Pendidikan | Guru | Penulis

Megalomania, Penyakit Menular dari Dunia Maya

Diperbarui: 16 April 2022   03:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi memamerkan sesuatu di media sosial. (sumber: unsplash.com/@joshsrose)

Megalomania adalah sebuah kebutuhan seseorang untuk diakui orang lain, tanpa sadar hal itu membuat dirinya menjadi merasa sangat hebat dan meninggikan dirinya sendiri. 

Tentunya megalomania tidak ada hubungannya dengan Megaloman, sang tokoh fiksi yang berasal dari negeri 'Matahari Terbit'.

Megalomania secara singkat bisa kita artikan orang yang merasa paling hebat dan paling percaya diri karena diakui oleh orang-orang melalui pujian-pujian. 

Namun ingatkah anda dengan 'narsistik'? Narsis sudah banyak orang tahu adalah suatu sifat yang menganggap dirinya adalah yang paling elok, merasa yang terbaik. Lalu apa bedanya dengan megalomania.

Megalomania dan narsistik sama-sama memusatkan pada dirinya sendiri, dirinya berada paling top dari orang-orang lain, bahkan beberapa megalomaniak menganggap lebih dari Tuhan sekali pun. Perlu kamu ketahui bahwa megalomania dan narsistik adalah sama.

Jika anda sering memuji orang atau 'menjilat' atasan anda, sadarkah anda itu justru dapat membuat orang yang dipuji menjadi seorang megalomaniak (sebutan orang megalomania). Sehingga dampaknya orang tersebut merasa takkan terkalahkan oleh siapa pun, ia menjadi manusia tunggal yang hebat.

Hati-hati, bukan berarti orang yang sukses kemudian merasa dirinya paling hebat saja yang dianggap menjadi megalomaniak, namun orang-orang yang belum menjadi apa-apa pun dapat menjadi megalomaniak. Loh kok bisa? 

Ya karena orang tersebut sering kali mengungkapkan pada ceritanya atau hidupnya, bahwa dirinya itu hebat. Ada juga yang merasa di masa lalu ia pernah menggapai sebuah kehebatan yang "dilebih-lebihkan" sangat hebat, sehingga orang yang mendengar dan menyaksikannya memberikan apresiasi atas kisahnya.

Jadi megalomania tidak sekadar dipuji saja menjadi megalomaniak, namun bisa juga terjadi karena sang megalomaniak ketagihan untuk dipuji. Dimana-mana ia selalu menjadi sanjungan dan dianggap orang hebat, orang bijak, orang yang mumpuni dalam satu atau banyak hal. 

Padahal pada kenyataannya sebaliknya, bahkan ia sendiri adalah orang gagal yang melebih-lebihkan dirinya sendiri.Megalomaniak tampak dengan karakter yang tidak bisa melihat kenyataan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline