Lihat ke Halaman Asli

Jojo Simatupang

Sarjana Pendidikan | Guru | Penulis

Pengalaman dengan Bajing Loncat

Diperbarui: 20 Februari 2019   17:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang Begal Mengamuk dan Menembakkan Senjatanya ke Arah Sebuah Bus (antaranews.com)

Siapa yang tidak tahu 'Bajing Loncat'? Bajing Loncat dikenal sangat mengerikan, karena selalu saja meminta uang secara paksa (baca: palak). Mereka adalah preman-preman yang bertampang sangar, tidak sekadar sangar, tetapi mereka juga nekat. 

Kejadian paling sering adalah Jalinsum (Jalur Lintas Sumatera), sepanjang jalinsum pada malam hari akan sangat sepi, tidak banyak kendaraan lalu lalang di jalan tersebut, jika ada pun mereka akan beriring-iringan dengan maksud agar saling menjaga. Tapi namanya juga preman, di persimpangan sopir truk diberhentikan secara paksa, dan bajing loncat pun memeras supir untuk membayar. 

Memalak satu kendaraan, bajing loncat bervariasi tergantung kondisi dan kesediaan si sopir, kalau ada Rp 10.000 ya bisa, kalau ada Rp 50.000 juga digasaknya. Tetapi sangat jarang yang mau Rp 10.000, supir bisa diancam dengan sajam atau bahkan diminta buka dompetnya.

Tidak sekadar palak, bajing loncat juga melakukan aksi pencurian terhadap kendaraan-kendaraan yang melintas di jalan lintas Sumatera. Bayangkan saja, sebuah truk bermuatan beras yang sedang berjalan bisa dicuri mereka sampai sopir tidak mengetahuinya. Ada pun sopir mengetahui, mereka hanya bisa pasrah karena kerap kali bajing loncat justru menodongkan pedang, pisau, celurit, hingga senjata api. Perlu diketahui juga, mereka itu berkelompok, jadi tidak hanya 1 atau 2 orang saja.

Bajing loncat ini sudah terkenal sejak puluhan tahun lamanya. Dilansir dari Boombastis.com, seorang kakek berusia 56 tahun dibekuk kepolisian lantaran sedang beraksi menjadi bajing loncat. Ia mengaku sudah menjadi bajing loncat sejak berusia 32 tahun. Tidak terbayang kan, seseorang berpuluh-puluh tahun rela berprofesi seperti kakek tersebut. Entah karena nyaman menjadi bajing loncat atau sulitnya mencari pekerjaan.

Kejadian ini tidak hanya di Jalinsum saja, tetapi terjadi juga di jalur Pantura (Pantai Utara) pulau Jawa. Seakan tidak ada habis-habisnya, pihak Kepolisian dan warga sekitar jalur tersebut sudah sangat resah dan gerah akan aksi-aksi bajing loncat tersebut.

Pengalaman yang dialami seorang supir sebuah bank swasta di Jakarta, sebut saja Haposan. Pada 2014 lalu Haposan bertugas mengantarkan tim Surveyor sebuah bank Swasta ke daerah Riau. Perjalanan melalui lintas Timur Sumatera, berangkat dari Jakarta dan berlanjut hingga Banten, Lampung, Palembang, dan berakhir di Riau. Namun perjalanan yang berisikan 4 orang tersebut tidaklah semulus perjalanan bis ALS (Angkutan Lintas Sumatera). 

Setiba di Muara Enim, kira-kira jam menunjukkan pukul 01:00 dini hari, mobil yang digunakan Haposan menemukan sebuah pohon yang ditaruh melintang di jalanan. Jalanan sepi, tidak ada mobil yang lewat, tetapi ada beberapa kali motor lewat dan bisa melewati pohon tersebut melalui sisi pinggirnya. Namun sangat sulit untuk mobil, karena sisi pinggir jalanan adalah bahu jalan yang berbatasan langsung terhadap jurang.

Pagi itu Haposan memang berencana akan mencari penginapan, namun belum ditemukannya sehingga terus berjalan dengan harapan menemukan penginapan diperjalanan. Di tengah perjalanan menemukan pohon, Haposan dengan seorang temannya turun mencoba menggeser pohon tersebut, ternyata tidak bisa di geser sedikit pun. Pohon tersebut sangat besar dan berat, apa lagi Haposan hanya dengan seorang temannya, 2 lainnya adalah wanita sehingga diam di dalam mobil.

Tiba 10 menit mencoba menggeser batang pohon tersebut, Haposan dan temannya dihampiri seorang pemotor dengan Yamaha RX-King, dia mengajak bicara bertanya tujuan dan dengan siapa saja pergi, ia mengatakan bahwa ini tidak beres ada pohon di tengah jalan. Tidak lama juga ada motor dari lawan arah datang dengan 2 orang, yang 1 mencurigakan karena terlihat tonjolan seperti punuk di punggungnya. 

Merasa aneh dan curiga, Haposan menebak bahwa pedang yang ada dibalik jaket orang tersebut. Sontak Haposan mengajak temannya masuk ke mobil, "duh, terima kasih ya bang, kami lanjut putar arah saja deh bang." Ketika menuju mobil, Haposan dan temannya mendengar derap kaki cepat mengejar mereka, Haposan lari dan benar saja, orang tersebut memegang tonjolan tersebut. Tiba dalam mobil semua, Haposan kabur dengan cepat memaksa mobil jalan di pinggir bahu jalan dengan harapan tidak masuk jurang. Benar saja, Haposan dengan teman-teman lolos dari jebakan pertama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline