Kejujuran itu berat. Tidak semua orang bisa mengungkapkannya, dan tidak semua orang itu bisa menerimanya. Kebanyakan hanya bisa menyangkal dan hidup dalam ilusi yang diciptakannya sendiri.
Demikian pula kejujuran yang disampaikan Prof. Mahfud soal kronologi batalnya beliau sebagai cawapresnya Jokowi. Jujur tapi tidak menyenangkan buat semua orang, khususnya bagi sebagian pendukung Jokowi.
Padahal yang Prof. Mahfud sampaikan adalah bagian dari pendidikan politik. Bahwa apa yang semula kamu pikir merupakan bagian dari nasionalisme, bagian dari menjaga persatuan dan kesatuan Indonesia, tidak lebih dari sekedar transaksi dagang. Itu adalah realita politik di Indonesia.
Sebagian pendukung Jokowi jadi hanya fokus pada 'curhat' Prof. Mahfud. Sebagian dari mereka menyesali, menyayangkan dan bahkan meledek, melecehkan serta cenderung menghina.
Mereka lupa, ada 3 hal positif yang disampaikan Prof. Mahfud sebagai penilaiannya terhadap Jokowi: Bersih dari Korupsi, Tegas dan Responsif. Tiga hal fundamental yang mesti dimiliki seorang pemimpin dan itu ada pada Jokowi.
Itu saja sudah menunjukkan obyektivitas Prof. Mahfud. Bahwa pembatalan itu mengagetkan, dan mungkin mengecewakan, akan tetapi tidak menghalangi beliau untuk mengakui dan mengapresiasi apa yang baik dari Jokowi.
Dan sebagian pendukung Jokowi memilih untuk bersikap kekanak-kanakan. Mereka hanya bisa menerima kejujuran yang sepenuhnya sesuai dengan selera mereka.
Jujur itu memang berat. Itu urusannya orang yang sudah dewasa dan matang. Urusan kita bermain-main saja.
Dan dipermainkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H