Ketika banyak orang menganggap istilah "petugas partai" semakin menguatkan dugaan bahwa Jokowi adalah boneka-nya Megawati, aku melihatnya sebagai suatu hal yang sangat berlainan. Sejak dari Solo, Jokowi adalah tipikal pemberontak. Silahkan mengikuti perjalanannya dari Solo, termasuk penolakannya terhadap pembangunan mall yang membuat marah Gubernur Jateng. Setiap hal yang dilakukannya relatif orisinil, bukan hal yang umum dilakukan oleh seorang pemimpin.
Itulah bentuk pemberontakannya: menolak melakukan hal - hal yang biasa dilakukan para pemimpin di Indonesia: ongkang-ongkang kaki duduk di belakang meja, cuma terima laporan, tidak cakap, main perintah, sedemikian mudah menyalahkan dan melempar tanggung jawab serta cenderung korup. Demikian pula saat beliau memimpin Jakarta.
Adakah Gubernur sebelumnya yang melakukan sedemikian banyak hal dalam waktu 1 tahun kepemimpinannya sebagaimana Jokowi? Ketimbang memberikan apresiasi, para bajingan politik yang mengaku sebagai wakil rakyat dan duduk di DPRD DKI memilih untuk menghambat kinerjanya.
Satu hal yang aku ingat: baru pada masa kepemimpinan Jokowi-lah DPRD menunda pengesahan RAPBD hingga tahun berganti. Tidak hanya sekali, melainkan dua kali! 2013 dan 2014. Aku juga ingat, betapa para bajingan politik dari PDIP yang duduk di kursi DPRD DKI tidak terdengar dan terlihat melakukan segala hal yang bisa dilakukan agar pengesahan berlangsung sebelum tahun berganti.
Dan apa yang dilakukan oleh Megawati terhadap penundaan pengesahan RAPBD itu? Apakah ia memerintahkan anggotanya di DPRD DKI untuk turut mendorong percepatan pengesahan RAPBD? Tidak samasekali. Apakah beliau tidak menyadari pentingnya pengesahan RAPBD tepat pada waktunya? Pertanyaan bodoh mengingat beliau pernah menjabat sebagai Presiden.
Dalam diamnya, Megawati tidak saja membiarkan namun mendukung kezaliman terhadap Jokowi. Tapi kan beliau lalu memutuskan untuk mencalonkan Jokowi sebagai Presiden dalam Pemilu 2014 ini? Memangnya ada pilihan lain yang masuk akal??
Jadi, Jokowi Boneka Megawati?? Tepatnya Jokowi adalah anak yang tidak dikehendaki Megawati, yang namanya melambung tinggi jauh melampaui nama sang ibu. Dalam hal itulah, Megawati menggunakan istilah "Petugas Partai" untuk menempatkan Jokowi di "bawah". Ungkapan yang tulus muncul dari dasar hati yang paling dalam dari kekuatiran dan ketakutan bahwa si anak yang tak dikehendakinya itu akan menyingkirkannya dari tulisan sejarah bangsa yang akan datang.
Si Ibu lupa jika Ananda sudah dewasa dan jaman sudah berubah. Si "Pemberontak" akan selalu menjadi pemberontak, dan satu hal yang pasti Jokowi mungkin hanyalah "anak tiri" Megawati, tapi sudah pasti ia adalah Anak Kandung Rakyat Indonesia.
Dharma bakti seorang anak akan jauh lebih besar kepada Ibu Kandungnya yang menjaga dan membesarkannya penuh kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H