Bagaimana jika Prabowo ternyata tidak terlibat penculikan? Bagaimana jika Prabowo tidak terlibat dalam pembantaian "Kampung Janda?" Bagaimana jika kenaikan pangkat Prabowo memang berdasarkan penilaian obyektif dia dianggap layak untuk naik pangkat dan bukan favoribilitas karena menantu Presiden?
Hmmm.. Terlalu banyak pertanyaan yang tak terjawab. Prabowo oleh karenanya bukanlah orang yang akan kupilih untuk "duduk di sampingku."
Aku bukanlah orang yang mudah dekat dengan orang lain. Kebanyakan mungkin mengenalku sebagai pribadi yang ramah, tetapi sesungguhnya, seringkali ketika harus menggunakan kereta atau bus untuk perjalanan ke luar kota, aku langsung membeli 2 tiket kursi untukku sendiri.
Kenapa? Aku jauh lebih suka duduk sendiri ketimbang berdampingan dengan orang yang tidak aku kenal, apalagi untuk perjalanan yang berjam - jam seperti Jakarta - Surabaya yang sering aku lakukan sekitar 8 hingga 2 tahun lalu.
Memilih pemimpin oleh karenanya bagiku seperti memilih siapa yang bakal duduk di sampingku dalam sebuah perjalanan panjang. Sosok yang sangat aku kenal baik sudah pasti menempati posisi pertama.
Dalam hal itulah, aku memilih Jokowi. Aku lebih "mengenalnya" ketimbang Prabowo. Masa lalu Jokowi tidak memunculkan pertanyaan-pertanyaan dan perdebatan-perdebatan bagiku. Jokowi meninggalkan rekam jejak yang jelas darimana aku bisa mengukur kualitas kepemimpinannya. Jokowi bukanlah misteri bagiku dan ia bukanlah orang asing bagiku. Aku mengenalinya dengan sekejap.
Aku percaya Jokowi. Dengan senang hati aku "duduk berdampingan" dengannya dalam perjalanan panjang ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H