Lihat ke Halaman Asli

Heart Light

Heart Light🍓

Tusuk Sate

Diperbarui: 28 Mei 2022   05:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Image : pergikuliner.com

Langit bertemaram bintang, binatang-binatang kecil ikut bertaburan. Melewati sawah-sawah dengan kerlap-kerlip lampu walaupun dekat pabrik-pabrik. Bersama si scopy dan helm cembung melewati perjalanan.

 "Tak ada penjual terlihat, " kataku pada sang adik. 

"Mungkin di depan sana kak," sahutnya memberi harapan. 

Motor pinjaman dari sepupu, terus kulajukan. Rasa takut, was-was, bercampur aduk dalam benakku sebagai seorang cewek. Ujung jalan raya mulai terlihat, namun tak ada satu penjual pun. Akhirnya kami memberanikan diri menyeberang jalan. Kendaraan cukup padat, sehingga menggunakan kecepatan minimun di tepi jalan. Sepi, tak ada penjual yang dicari, hingga kami  berada dekat pasar.

Terlihat kepulan asap arang terbakar untuk memanggang daging ayam. Segera kami memesan, kemudian mencari minuman bersama sang adik. Rasa dahaga mencuat di tenggorokan, semangkok es campur cukup melegakan.

Ketika kembali, nampak antrian sepeda dan orang menunggu di warung itu. "Kapan datang Nad dan Jes?" seru bapak berpeci hitam. Kami tersenyum sambil kebingungan. Kemudian teringat, itu pakde yang tinggal tak jauh dari rumah nenek. Akhirnya kami ngobrol, hingga sang penjual memanggil. 

Akupun bergegas menerima sekantong plastik, lalu pakde berteriak agar notanya ikut dia. Kami sempat berkompromi dengan pakde, hingga ujungnya mengucapkan terimakasih. Mungkin rejeki kami malam ini, mencari makanan di daerah asing. 

Itulah ceritaku di rumah nenek bersama sang adik Jessica dan aku, Nadia.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline