Lihat ke Halaman Asli

Heart Light

Heart Light🍓

Rejeki tak kemana

Diperbarui: 11 Desember 2021   13:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Image : medium.com

              Aku pamit dengan keluarga Danu, ketika dijalan perutku menginginkan mie ayam. Namun aku tak menjumpai warung mie ayam yang buka, hingga ada penjual mie ayam yang buka, ternyata aku harus menelan kekecewaan akan perkataan "habis mas". Mengapa sulit mencari mie ayam malam ini, lalu apa yang akan kulakukan selanjutnya?


                Hari ini aku, di rumah sahabatku, Danu. Dia teman yang baik hati, ramah, humble serta orang yang paling sabar. Sosok perawakannya, kecil menjulang ke atas, maka tak jarang dipanggil tiang listrik. Keluarganya sangat hangat dan baik, setiap kali aku ke sana, selalu disambut seperti anak sendiri, mungkin karena aku anak kost di kota ini. Aku pun juga menganggap seperti keluarga sendiri. Mereka hanya segelintir orang yang peduli dengan orang lain di kota metropolitan ini, di mana rata-rata sebagian orang cuek dan berorientasi pada kehidupannya. 

Mulai pagi sampai malam, aku bermain di rumah Danu. Sebenarnya aku di suruh menginap, namun aku menolaknya. Aku sungkan terus menerus merepotkan karena saking seringnya menginap. Aku bilang pada mereka, sudah janji untuk menemani Arman teman kost. Akhirnya aku pamit pulang, mereka melepas kepergianku dengan ucapan 'hati-hati di jalan'.

               Suasana jalanan legang, tak seperti saat pagi atau sore hari. Tak ada suara klakson, yang membuat dada berdebar serta nadi bergerak cepat. Udara dingin merasuk, melewati jaket parasit yang kukenakan. Ketika mengendarai motor, tiba-tiba pikiran melayang pada nikmatnya mie ayam panas ditemani gorengan pangsit atau siomay. "Amboi, nikmatnya," pikirku dalam hati. 

Sebenarnya perut masih penuh setelah makan malam bersama keluarga Danu. Namun keinginan yang disambut dengan kesediaan diri untuk menikmati makanan, mengarahkanku untuk membelokkan motor ke arah mie ayam yang menjadi primadona banyak orang. 

"Yeaaah, akhirnya aku akan makan mie ayam," kata pikiranku penuh sorak sorai. 

Saat membelokkan motor ke arah ruko, terlihat sepi tak ada satu kendaraan yang parkir. Ternyata tutup mie ayam favouritku. 

Dengan sedikit kecewa, aku terdiam, "di mana lagi ada mie ayam enak, malam-malam begini". 

Hatiku tiba-tiba mendapat sebuah harapan, "bukankah lewat jalan pulang, ada mie ayam pak Soleh yang nggak kalah enak," kata diriku meyakinkan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline