Lihat ke Halaman Asli

Heart Light

Heart Light🍓

Seni Kehidupan

Diperbarui: 3 Desember 2021   05:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Image :mencoret.com

Suasana hangat aku rasakan siang ini, kulakukan perjalanan, mencari barang yang kusukai. Menikmati jalanan dengan berbagai dinamika, membuatku paham akan perjuangan hidup. Lantas, apa saja dinamika yang aku temui?

Suasana siang begitu hangat, mentari bersinar tak membuat kulit tersengat. Suara kendaraan juga ramah, tak ada klakson panjang seru deru knalpot, yang berisik di telinga. Terlihat jalanan lenggang tanpa antrian panjang. 

"Hari yang menyenangkan," pikirku sambil tersenyum.

Ini hari Selasa, tepat jam 11 siang saat kulihat jam digital di tangan kiriku.

Aku turut ambil bagian sebagai pengendara di jalan raya. Hari ini, aku free karena libur shift. Kugunakan waktu untuk berjalan-jalan mencari barang kesukaan. Motor sport yang menemani perjalananku, menikmati angin berhembus memiak poni rambut. Asap kendaraan terasa menyengat di hidung, keluar dari truck container barang. Pikiranku teralihkan pada hijaunya taman serta pepohonan, yang tumbuh di tepi jalan.

Ketika kulihat, mengapa jalanan terasa padat merayap, ternyata di depan ada rambu lalu lintas. Lampu berwarna merah mengumpulkan kami semua untuk beristirahat sejenak. Kutekan rem  serta kuturunkan perseneling, untuk ikut berjajar menunggu lampu hijau. 

Aku melihat sekitar, banyak anak kecil laki-laki maupun perempuan bertebaran. Ada yang menjajakan kacang, manisan, kue maupun minuman dingin kepada para pengendara. Terlihat juga dua anak, satu membawa okulele sedangkan satunya menyanyi, di jendela mobil pick up. Terlihat  seperti artis, yang mencoba menghibur serta menarik perhatian sang sopir serta orang di dalamnya. 

Di ujung sana, tampak seorang anak laki-laki  berjalan menjajakan koran hari ini. Tak kalah menarik, terdapat dua anak laki-laki, satu menyemprotkan sabun pada kaca  mobil sedangkan temannya membersihkan dengan lap. Mereka nampak mengerjakan dengan riang , walaupun ada yang mendapat upah namun tak jarang juga yang cuek. 

Yang membuatku terkesima, manusia silver dimana bocah yang rela mencat seluruh tubuhnya sampai muka berwarna perak. Dia memperagakan beberapa gerakan kemudian berharap orang akan menghargainya dengan mengisi omplong yang disiapkan. Mataku tak melewatkan menatap seorang anak berpakaian lusuh memakai topi, duduk diam di pembatas jalan, memperlihatkan muka memelas. Terlihat omplong rokok yang berisi uang koin. Potret kehidupan jalanan yang tak dapat dipungkiri. 

Sesaat anak perempuan penjual kacang menghampiriku, kemudian aku membeli beberapa kacang darinya. Dia mengucapkan terimakasih dengan senyuman manis kepadaku. Mungkin hanya itu, yang bisa aku lakukan untuk membuatnya bahagia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline