Pagi itu akupun bersiap untuk melakukan perjalanan darat menuju Denpasar, kali ini bukan untuk menghambur lembaran rupiah di pulau seribu pura, tapi karena mutasi perusahaan. Sesekali kulihat wajah kedua orang tuaku yang sedari tadi sendu, berusaha menahan lelehan air mata.
Setelah semua siap, kuhampiri dan kupeluk beliau berdua lalu kududukkan di sofa, aku pun mulai bersimpuh. Tubuh ini lunglai saat wajah ini menyentuh lutut beliau, Tiada ucap, hanya kalbu yang bergolak, seakan melihat video rekaman perjalanan hidup mulai kecil bersama beliau berdua, sesaat batin ini mulai sesak.
Tak lama akupun berdiri, kuraih baskom berisi air dan handuk yang sudah kusiapkan sedari tadi. kucium kaki beliau dan memasukkannya dalam baskom, mulailah satu demi satu kubasuh kaki beliau dengan air. Diiringi gemercik suara air yang jatuh, jatuh pula air mataku membelai pipiku, dada ini pun semakin sesak, tapi ku tak mau beliau mendengar suara tangisku. Hanya sesenggukan yang menemani proses itu, tiada satu patah katapun keluar dari mulut kami bertiga.
Handuk kecil itu pun basah, setelah kuseka sisa air dari kaki beliau berdua. Sejurus kemudian kuambil air dalam baskom dengan gelas, teguk demi teguk dan kubasahi tubuh dan jiwa ini dengan air tersebut.
Sekembali meletakkan perlengkapan ke dapur, beliau memanggilku, akupun kembali bersimpuh, sesaat setelah tangan beliau menyentuh sambil mengusap rambutku, disitulah kata dan doa menyeringai mewarnai atmosfir ruangan, aku benar benar bisa merasakan energy ucap demi ucap.
“Hamba titipkan Mereka padamu ya robb, beri beliau kesehatan dan keselamatan, lindungi beliau dari semua makhluk-Mu yang akan mendholimi Mereka berdua”
Love and Thank you mom, dad… miss you in every single time