Mungkin sedikit kontroversi dengan suara hati, tetapi ijinkan aku menulisnya dalam bait -bait puisi yang tak sesuai ucapan para nabi
Pada suatu pagi yang masih basah
ku bertanya tentang Dia yang tak ku tahu rupanya..dalam catatan suci
Pada suatu senja aku merangkai kata dan bertanya..
Ku bertanya kepada para imam,nabi,dan ahli-ahli agama. Dimanakah Tuhan?Lalu mereka menjawab, tentang Dia yang tak tertangkap oleh mata tetapi terselami oleh hati.. Itulah Dia sumber dari segala tulisan suci...
Lalu ku bertanya kepada guru matematika. Dimanakah Dia yang disebu Tuhan itu? Lalu ia menjawab, tentang Dia yang tak pernah tahu oleh rumus-rumus, melampaui segala angka, tetapi ada dalam angka...
Kemudian aku terus bertanya -tanya. Setelah itu aku bertanya kepada penyair dan cerpenis,dan novelis. Dimanakah Tuhan? Mereka serentak menjawab, Ia yang tersembunyi. Jiwa dari setiap puisi. Nafas dari setiap kata dan sastra. Tokoh dari setiap cerita pendek dan novel yang panjang. Yang ceritanya tak akan pernah selesai..sebab tentang Dia yang tak akan akan selesai dijawab...
Lalu aku bertanya kepada pemulung.. dimanakah Tuhan? Ia berhenti sejenak. Mengambil nafas dengan dalam lalu menjawab, katanya Ia ada di antar tumpukan sampah yang bau itu. Tapi tentang Dia adalah tanya yang tak selesai ditanya.. tentang Dia adalah kumpulan tawa dari yang menderita.. tentang Dia adalah tangisan dan derita dari kaum papa yang tak berdaya.
Sejenak aku menulis...
Tentang Dia yang tak terselami..yang ada dibalik rumus-rumus . tentang Dia menjadi jiwa setiap kata.. tokoh dalam cerita... sampai Tuhan ada di tumpukan sampah ala kaum papa...
Maumere Maret yang tak bertepi..