Gerimis tak membuat rencana yang sudah dikebumikan beberapa hari yang lalu, jatuh terperosok di ruang lupa. Karena sudah direncanakan, semua butuh kepastian. Tepatnya, memastikan, apakah rencana yang kemarin itu jadi apa gak, gitu kan.
Ketika pagi menyambut hari baru, rencana itu semakin di depan mata. Aku sendiri belum sempat mengemas kata pasti. Sudah dikabarin beberapa kali. Sudah diajak berkomunikasi beberapa saat. Aku sendiri, justru tetap tak tahu bagaimana memastikannya.
Di seberang sana, raut wajah tanda ingin memulai pergi semakin menjadi-jadi.
"Jadi kan, hari ini?" Yaya memastikan.
Chatt berisi nada keragu-raguan ini sudah terdampar lama di layar ponsel. Yaya tak ingin janji yang sudah dikonsekrasi upaya mengingat berulang-kali, pergi tanpa pesan apa-apa. Yaya sebetulnya butuh kepastian. Ia tak ingin berlama-lama dalam kekecewaan, keragu-raguan, dan menunggu.
"Jadi apa gak nih?" tanya Yaya kesekian kalinya.
"Sabar. Aku harus memastikan, kalau semuanya memang bener-benar ready 'tuk jalan."
"Apalagi sebetulnya yang kamu pikirkan? Jika kamu keberatan, sampaikan!"
Aku hanya diam membaca teks pesan yang cukup menginterogasi itu. Aku justru diingatkan terus, kapan pastinya. Diingatkan, agar aku memastikan secepat mungkin tentang rencana karena Yaya dan kehidupannya pasti mempunyai program pribadinya setiap hari.
Membuat keputusan 'tuk jadi jalan apa gak itu emang susah. Keputusan memang sudah direkam ingatan beberapa hari yang lalu, tapi 'tuk ngejalanin cukup susah. Banyak rencana molor dan gak jadi dilakuin hanya gara-gara bagaimana membuat keputusan yang pasti.