Faktor-faktor yang dimaksudkan dalam proses formasi adalah seputar realitas-realitas berkaitan dengan pribadi seseorang dan lingkungan yang berdampak pada penataan, kematangan diri, dan proses pembentukan. Hal ini, bisa mencakup aspek internal maupun eksternal orang tersebut, serta keterkaitan antar-keduanya.
Pada prinsipnya, mereka tidak disengaja dididik, baik dari pihak formator atau dari formandi sendiri. Beberapa dari para formandi memang memiliki kepribadian yang baik dan lainnya bisa dipengaruhi oleh faktor lingkungan alam atau sosial, diterima sebagaimana adanya, tanpa rencana atau tujuan pedagogis khusus.
Kurangnya dorongan pedagogis tidak berarti faktor-faktor ini tidak berdampak pada proses pembentukan. Di sisi lain, mereka biasanya memiliki dampak yang luas dan intens, baik positif maupun negatif. Apalagi bila memungkinkan, mereka bisa diberi semacam dorongan formatif secara eksplisit.
Maka, dengan penanganan seperti ini, faktor-faktor yang dimaksud mampu menjadi daya transformatif. Oleh karena itu, faktor formatif telah diperhitungkan dalam rencana umum formasi (GPF) dan seharusnya dipertimbangkan dalam penyusunan proyek formasi, baik sebagai kerangka referensi atau sebagai dinamisme, dan sarana pembentukan.
Faktor Fisik
Faktor fisik, sebagian besar, adalah keturunan. Beberapa diantaranya yang bisa dicermati adalah berkaitan dengan penyakit dan keterbatasan tertentu.
Faktor fisik meliputi kesehatan, usia, jenis kelamin, dan kondisi tubuh. Faktor-faktor ini, tentunya memiliki pengaruh pada perkembangan pribadi dan perkembangan diri seseorang, baik berupa anugerah dengan kualitas tertentu, seperti bakat dan kemungkinan masa depan.
Oleh karena itu, baik Gereja, maupun Kongregasi, merujuk mereka dalam proses penegasan panggilan. Formator perlu menunjukkan, misalnya, usia minimum untuk memulai novisiat, untuk mereka yang akan melaksanakan kaul perdana atau profesi kekal, maupun mereka yang akan menerima tahbisan.
Di antara berbagai kebutuhan untuk bergabung, mereka juga berbicara tentang kesehatan yang memadai. Meskipun tidak mendeskripsikan secara detail, deskripsi umum ini mencakup, setidaknya, kesehatan yang memadai untuk memungkinkan calon untuk hidup dan memenuhi tuntutan kehidupan sebagai seorang misionaris.
Mengingat pentingnya kesehatan demi keseimbangan pribadi dan perkembangan kehidupan misionaris, kita harus berusaha untuk menjaga keduanya melalui latihan fisik teratur, olahraga, diet seimbang, dan memperoleh kebiasaan yang baik mengenai pola hidup sehat, kebersihan, istirahat yang cukup, dan relaksasi.