Gerai promosi aksesoris handphone itu tak terlalu banyak disapa pangsa pasar. Di depan etalase gerai, duduk seorang perempuan dengan kaki kanan dipangku. Ia asyik memintal tiap pasangan aksesoris handphone yang lama terbengkalai. Rambut perempuan ini terurai lurus. Angin pukul 11.00 WIB di wilayah Tembung, Medan memang mengumpul setting bertajuk Teman Bicara.
"Cari apa bang?" tanya perempuan itu sedikit kepo.
"Earphone, kak!"
Di tempat ini, perempuan sering disapa Kak. Meski usia mungkin di bawah saya, sapaan Kak untuk perempuan, memang digunakan untuk mengurai adaptasi pola komunikasi di tempat ini. Perempuan ini kemudian masuk ke etalase tempat berbagai aksesoris handphone dipajang. Pikirannya seperti tak terurus. Ia sedikit membetulkan ingatannya soal apa yang sedang kutanyakan.
"Apa tadi bang?"
"Earphone, Kak, buat dengerin musik."
"Oh, headset ya bang."
Perempuan ini, tersenyum sambil tertawa kecil menuju etalase earphone. Langkahnya tak teratur, seperti tengah dikejar deadline tugas. Dibawanya tiga model original earphone samsung dengan trek hi-res audio. Tangannya cekat memilah tiga model earphone lalu lalu segera melepas masker.
"Yang ini bagus bang," sambil menunjuk salah satu box berisi earphone berbentuk lempeng.
Saat itu, memori pendengaranku tak terlalu tertuju pada sinyal komunikasi visual perempuan ini. Aku justru menambal fokus pengelihatanku. Bulu matanya lentik, senyumannya sedikit irit, dipadu kemasan satu cekungan lesung, menempel di pipi kanannya.