Di atas genangan Toba, Samosir tak pernah tenggelam diterpa badai zaman. Dek-dek keindahan yang membentuk Samosir bak kapal pesiar itu, laku dijajak mata. Toba pun dengan setia menopang berat Samosir. Meski lama menopang Samosir, Toba tidak pernah berhenti memperlihatkan rupanya yang elok.
Market pariwisata adalah satu satu aset yang harus dipugar di Indonesia. Jika ditelisik secara historis-global, Indonesia sebetulnya merupakan salah satu tujuan destinasi wisata yang ranum dilirik wisatawan. Thats why we pick up this phrase wonderful Indonesia. Dari tahun ke tahun, jumlah peminat market wisata selalu menanjak. Hal ini tentunya menjadi kekuatan ekstra dari kekayaan menu wisata Nusantara.
Salah satu objek wisata yang laris dikeker mata pengunjung adalah Danau Toba. Danau Toba adalah salah satu kawasan wisata yang terletak di Pulau Samosir, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara. Saat ini, kawasan wisata Danau Toba ada dalam perencanaan menuju destinasi super prioritas (DSP). Sebagai bagian dari UNESCO Global Geopark, kawasan wisata Danau Toba pun perlu dirias. Meski disapu zaman, kini kawasan wisata seluas lautan ini, masih elok dikelok mata.
Formasi Infrastruktur untuk Kelanggengan Toba
Salah satu faktor penentu keputusan pengunjung mendatangi gerai wisata adalah soal kualitas layanan. Kualitas layanan merupakan barometer penunjuk seberapa bagus tingkat layanan yang diberikan lalu dipadankan dengan kepuasan pelanggan. Ada dua faktor yang memengaruhi kualitas sebuah layanan, yakni layanan yang diharapkan (expected service) dan layanan yang diterima (perceived service).
Postur perbandingan ini sebetulnya dipakai juga dalam laga promosi wisata. Jika kualitas layanan sesuai yang diharapkan, maka persepsi pengunjung juga akan memuaskan. Jika perceived service melebihi expected service, maka persepsi pelanggan terkait apa yang disuguhkan pun masuk kategori kualitas layanan ideal. Akan tetapi, jika perceived service lebih buruk dari expected service, maka persepsi pelanggan sudah pasti ikut menurun. Inilah kalkulasi marketing wisata yang harus dibaca setiap zaman. Lalu, bagaimana dengan postur layanan Danau Toba?
Untuk mengakses kawasan wisata super prioritas (DSP) Danau Toba, infrastruktur menjadi pemandu yang handal diandalkan. Seperti halnya seorang "tour guide," Toba membutuhkan akses infrastruktur yang baik. Dari Pematang Siantar menuju Parapat, misalkan, infrastruktur jalan masih menjadi tantangan besar ketika hendak menjangkau Toba. Akses jalan menuju DSP Danau Toba, kadang-kadang dihadang formasi infrastruktur jalan yang memangkas energi.
Formasi infrastruktur jalan sebagai "guide" pertama menuju Danau Toba adalah salah satu poin yang harus dimasukkan ke dalam kebijakan Integrated Tourism Masterplan (ITMP) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Penataan infrastruktur jalan jika dipinang untuk kelanjutan masa depan Danau Toba sudah memberi "angin segar" bagi setiap pengunjung ketika mencicipi keindahan Danau Toba pertama kali. Jalan menuju Parapat sebagai pintu masuk Toba, untuk saat ini sangat mengaduk adrenalin dan banyak menguras tenaga dan harapan.
Postur jalan Parapat seharusnya dibenahi dengan cara diperluas dan ditata sebaik mungkin. Celah-celah sepanjang jalan yang rusak akibat sering dilalui kendaraan berat seringkali memperlambat laju perjumpaan para pengunjung dan DSP Danau Toba. Ruas jalan yang sempit, juga memberi kesan yang "renggang" ketika niat penggunjung hendak menyentuh Toba. Penataan di sekitar lokasi Pelabuhan Ajibata juga, hemat saya perlu diperelok agar ruang gerak pengunjung tak disekap kesan seragam.
Penataan tempat parkir kendaraan hingga saat ini pun masih asal-asalan. Para pengunjung kadang kewalahan mencari lahan parkir kendaraan juga fasilitas umum, seperti toilet untuk sebentar berhenti menyiapkan energi menyisir Danau Toba dan Samosir. Formasi infrastruktur ini, jika ditarik ke dalam rencana ITMP Danau Toba akan lebih elok dan "terjual."