Lihat ke Halaman Asli

Kristianto Naku

TERVERIFIKASI

Analis

Metataktis Taliban Menguasai Afghanistan

Diperbarui: 26 Agustus 2021   21:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kelompok Taliban kembali menguasai Afghanaistan. Foto: idntimes.com.

Pandemi Virus Corona adalah peristiwa monumental, setidaknya bagi kelompok Taliban. Kelompok ini lihai mengatur siasat dan memanfaatkan kesempatan. Ketika pandangan dunia disapu balok besar bernama pandemi, kelompok militan yang bermarkas di wilayah Timur Laut Afghanaistan ini justru mengepakkan sayap. Mereka bermain dalam senyap. Pergerakan mereka meta-taktis.

Nama Taliban melangit ketika berhasil menguasai wilayah Afghanaistan pada 1996-2001. Keberadaan mereka saat itu mengusik silaturahmi warga dunia. Watak konservatif dengan senjata berburu berupa kekerasan sempat membanjiri layar perhatian dunia. 

Aksi mereka tak terbendungi. Karena meta-taktis yang dikelola secara sistematis, kelompok ini kemudian dijadikan "sipir" bagi kelompok teroris global Al-Qaeda. Osama bin Laden sebagai pemimpin Al-Qaeda saat itu bahkan membidik kelompok ini sebagai sarang persembunyian.

Meta-taktis Taliban sebetulnya memanfaatkan dua momentum besar.

Pertama, kelompok Taliban memanfaatkan kondisi global yang tak menentu akibat pandemi virus korona sebagai momentum memproklamasikan kekuasaannya pasca invasi militer Amerika Serikat (2001-2021). 

Bagi kelompok Taliban, keberadaan militer AS di Afghanaistan merupakan momen berbenah dan mengatur siasaat. Selama militer AS menguasai wilayah Afghanaistan, watak teror Taliban tak terlalu dipublikasikan. Mereka bahkan memperlihatkan "keramahannya" melalui aksi kontra terhadap Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS).

Siasat Taliban sepenuhnya bermain dalam senyap. Momen pandemi, dengan demikian, menjadi panggung yang harus segera diisi. Momen senyap saat pandemi memberi ruang tersendiri bagi siasat serangan balik penguasaan dan pelebaran markas besar Taliban di seluruh wilayah Afghanaistan. Kepergian militer AS sebetulnya ditengarai oleh "watak ramah" Taliban.

Isu terorisme yang mengalungi leher Taliban sebelumnya tak lagi menjadi perhatian AS. Militer AS justru melepas Afghanaistan karena kelompok-kelompok berbahaya seperti Taliban tak lagi berafiliasi dengan kelompok-kelompok teroris lainnya -- misalkan NIIS.

Kedua, transisi kekuasaan pasca kepergian AS. Masa transisi merupakan momen berharga juga bagi Taliban. Ketika kekuatan pertahanan negara masih nebeng di markas besar militer AS, Taliban sebetulnya tak mau berulah. 

Mereka tak ingin menghabiskan pasokan kekuatan militer mereka melawan AS. Bagi Taliban, AS merupakan pintu gerbang bagaimana Taliban menaklukkan wilayah incarannya. Faktanya, ketika AS hijrah dari Afghanaistan, Taliban benar-benar melancarkan serangan.

Keberadaan pemerintahan Afghanistan yang sah tak terlalu menjadi penghalang dalam melancarkan serangan. Selama Ashraf Ghani berkuasa melalui payung keamanan AS, Taliban hanya memotret dari kejauhan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline