"Agak terlambat jika bulan Ramadhan telah tiba, baru kita menyiapkan segala sesuatunya. Ibarat sebuah kapal, bulan Ramadhan akan berlabuh di dalam sanubari yang sudah lama menyiapkannya."
Selama ini, Ramadhan selalu identik sebagai masa kebersamaan secara fisik dan spritual. Keduanya adalah akar dari Bulan Suci dan terbentuk menjadi nostalgia karena tradisi dan ritual. Kali ini, karena pagebluk Covid-19, kebersamaan fisik direm. Kebijakan kerja dari rumah, belajar di rumah, dan ibadah di rumah mendorong setiap orang untuk bersatu melawan pagebluk.
Ramadhan adalah bulan penuh kemuliaan dan keagungan. "Ramadhan kali ini menjadi momentum bagi setiap umat Muslim untuk meningkatkan disiplin diri melawan pagebluk Covid-19," kata Presiden Jokowi. Pada Selasa (13/04/2021) kemarin, umat Islam di Indonesia melaksanakan salat Tarawih sebagai penanda memasuki bulan suci Ramadhan. Di tengah pandemi Covid-19, salat Tarawih yang biasanya dilaksanakan di masjid secara berjemaah, kini dilakukan di rumah masing-masing.
Berbagai kebijakan pemerintah tentunya dijalankan dengan baik ketika berhadapan dengan perayaan-perayaan besar seperti ini. Pemerintah dalam hal ini melalui Kementerian Agama (Kemenag) Yaqut Cholil Qoumas menetapkan 1 Ramadhan 1442 Hijriah atau dimulainya ibadah puasa berlangsung hari Selasa (13/04/2021). "Ramadhan tahun ini hadir saat dunia dilanda pandemi Covid-19. Karena itu, banyak hal yang harus kita sesuaikan agar nilai-nilai ibadah tidak berkurang dan penyebaran Covid-19 dapat kita eliminasi." Maka, untuk itu berbagai kebijakan pun ditelurkan demi keselamatan bersama dan semuanya perlu ditaati secara bersama.
Saya masih ingat pesan Imam Besar Masjid Istiqal Jakarta Nasaruddin Umar dalam renungannya "Marhaban Ya Ramadhan" tahun 2020. Dalam renungannya, Imam Umar menekankan tentang pentingnya persiapan dalam menyongsong bulan suci Ramadhan. "Agak terlambat jika bulan Ramadhan telah tiba, baru kita menyiapkan segala sesuatunya. Ibarat sebuah kapal, bulan Ramadhan akan berlabuh di dalam sanubari yang sudah lama menyiapkannya," kata Imam Besar Nasaruddin.
Selama ini, Ramadhan selalu identik sebagai masa kebersamaan secara fisik dan spritual. Keduanya adalah akar dari Bulan Suci dan terbentuk menjadi nostalgia karena tradisi dan ritual. Kali ini, karena pagebluk Covid-19, kebersamaan fisik direm. Kebijakan kerja dari rumah, belajar di rumah, dan ibadah di rumah mendorong setiap orang untuk bersatu melawan pagebluk.
Karena kebijakan agar semuanya tetap stay at home, ruang gerak selama Ramadhan pun dibatasi. Salat Tarawih di masjid ditiadakan, buka puasa bersama tidak dibatasi, tadarus (baca al-quran bersama) juga sebaiknya digelar di rumah, hingga i'tikaf (diam dalam masjid) pada 10 malam terakhir bulan Ramadhan mungkin juga ditiadakan. Semua pembatasan ini dianjurkan pemerintah agar umat Muslim di Indonesia terhindar dari kemudaratan (malapetaka) yang lebih besar.
Ketika berkumpul di masjid saat Covid-19 merebak justru potensial menyebabkan kemudaratan, maka wajib hukumnya bagi umat Muslim untuk menghindarinya. Hal ini tentunya tidak hanya dilakukan di Indonesia. Suasana di dua kota suci (Mekah & Madinah) sejatinya diberlakukan hal yang sama. Tahun ini, tidak ada jemaah yang datang dari berbagai negara. Ini semua bertujuan agar kita semua bersatu melawan pagebluk Covid-19.
Indonesia sebagai bangsa dengan jumlah penduduk Muslim terbanyak di dunia, tentunya sudah memberikan contoh yang baik dalam menggalang solidaritas di tengah pagebluk ini. Untuk itu, diperlukan komitmen yang tegas dari setiap individu untuk menjalankan semua kebijakan ini secara komunal. Prospeknya dalam bulan Ramadhan tahun ini, ada sesuatu yang baru yang didapatkan sebagai buah refleksi dan ketaatan.
Bulan suci Ramadhan merupakan bulan yang dirindukan kehadirannya oleh umat Islam di seluruh dunia. Oleh karena itu, mari kita menyiapkan diri menghadapi dan menyambutnya, sekaligus menyelesaikannya dengan baik agar kita memperoleh berkah dan keberuntungan. Semoga Allah SWT menyambungkan usia kita dengan-Nya. Marhaban ya Ramadhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H