Lihat ke Halaman Asli

Kristianto Naku

TERVERIFIKASI

Analis

Konsep Keselamatan di Abad Pertengahan

Diperbarui: 30 Maret 2021   21:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suasana sunset sebagai bentuk kehadiran Yang Ilahi. Foto: travel.kompas.com.

Berbicara mengenai konsep keselamatan dari setiap agama memang hal yang tidak mudah untuk dikaji. Masing-masing agama biasanya mempunyai konsep khas. Dalam Gereja Katolik, konsep tentang keselamatan pertama-tama datang dari pihak Allah. Allah selalu memulai dan menjadi inisiator. Pada Abad Pertengahan, beberapa teolog besar dalam Gereja Katolik memperlihatkan gagasannya terkait konsep keselamatan.

Agustinus

Pujangga Gereja terbesar di Gereja Barat adalah Agustinus. Bagi Agustinus, kristologi tetap berpangkal pada soteorologi (proyek keselamatan). Manusia membutuhkan keselamatan karena dosa manusia pertama, yakni Adam. Kristologi atau peran Kristus justru dipahami dalam kerangka soteorologi.

Menurut Agustinus, soteorologi merupakan efek dari dosa Adam. Motivasi inkarnasi Allah, dalam hal ini, tidak pertama-tama karena dosa manusia, tetapi karena cinta Allah. Allah tidak bisa mengingkari diri-Nya sendiri. Cinta Allah itu total, sehingga Ia rela menyerahkan Putra-Nya yang tunggal kepada dunia.

Menurut Agustinus, persatuan dengan Allah adalah upaya merekatkan kembali relasi manusia dan Allah. Relasi ini dibangun kembali agar manusia bisa menang atas maut -- ada rekonsiliasi antara Allah dan manusia. Lalu, bagaimana prosedur keselamatan itu terjadi? Untuk menyelamatkan manusia, Allah membutuhkan perantara, yakni Yesus Kristus. Ada dua alasan mengapa Sang Sabda menjadi manusia.

Ada yang disebut dengan teori pengorbanan, teori substitusi (menggantikan). Kristus menanggung dosa kita dan segala akibatnya, yaitu maut -- bukan kematian fisik belaka, tetapi ketaatan batin Yesus pada kehendak Bapa. Dalam teori substitusi, keselamatan adalah transaksi antara Allah dan Allah demi kepentingan manusia dengan medium kemanusian Yesus. Kedua soa teori deifikasi -- Yesus sebagai teladan manusia agar manusia bisa menjadi ilahi.

Anselmus  

Anselmus lahir dalam kultur feodal -- di mana sistem jarahan serta relasi tuan tanah dan penyewa masih kental. Saat itu, tanah-tanah dikuasai oleh banyak biara, seperti Benediktin. Anselmus adalah seorang Benediktin. Ia mengikuti pemikiran Agustinus dan melanjutkan teori satisfactio (silih ganti). Selain itu, Anselmus juga mau menjawab keberatan orang Yahudi dan Muslim: "Cur Deus Homo?"

Mengapa Allah harus menjadi manusia? Sebuah langkah yang drastis dari pihak Allah untuk manusia. Pertanyaannya "Menagapa harus butuh penebus atau pengorbanan? Bukankah Allah bisa mengampuni saja? Menurut Anselmus, Allah tidak saja mengampuni manusia karena dosa asal merupakan tindakan menyerang kehormatan Allah dan keadilan dengan serius. Dosa merupakan setiap perbuatan gagal memenuhi apa yang menjadi hak Allah -- seperti mencuri sesuatu yang menjadi milik Allah.

Bobot dosa kecil apapun menjadi tak terhingga karena dilawan adalah Allah yang tak terbatas -- menimbulkan utang. Apa itu kehormatan Allah (God's honor)? Kehormatan bukan perasaan pribadi, kebutuhan dan keinginan untuk dihormati. Allah pasti tidak kehilangan kehormatan-Nya. Kehormatan yang dimaksudkan adalah aturan dan struktur -- antara pencipta dan ciptaan. Prestasi Anselmus adalah mengafirmasi Kalsedon (Yesus yang sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia). Persembahan Yesus bersifat sukarela dan tanpa dosa sehingga menjadi persembahan yang memiliki nilai lebih daripada yang dituntut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline