Seperti pesan terkirim yang tak berbalas, akhir pekan selalu ditunggu dan sesegera mungkin dihabiskan dengan hal-hal yang bermanfaat.
Sudah beberapa menit pasca pesan whatsapp itu terkirim, tanda-tanda mendapat balasan justru menemui buntu. Centang dua memang memberi notifikasi. Lalu, berlanjut ke notifikasi berikutnya. Centang biru. Usai centang biru, seharusnya ada respon berbalas. Saya menunggu. Rupanya tak kunjung datang. Ada apa? Pesan tak terbalas!
Kejadian ini membentuk dinamika rasa di akhir pekan: ada pesan terkirim, dibaca, tetapi tak dibalas. Lalu muncul pertanyaan. Apakah ada yang salah dari isi chatt saya? Hati kecil saya bergumam: "Jangan gegabah menaruh sangka! Kemungkinan yang menerima pesan tengah sibuk!" Kata-kata ini menyentuh nalar saya dan mengurung niat saya 'tuk melayangkan pertanyaan berwujud konfirmasi. Saya kemudian sejenak melempar hasrat 'tuk menginterogasi. Ini bagian dari dinamika komunikasi daring.
Dari Senin sampai Jumad, kita semua sibuk dengan kerja. Dalam rentang waktu ini, kita kadang terburu-buru 'tuk menemui akhir pekan. Tapi, sekali lagi, hal ini tak mudah tuk direngkuh, mengingat akhir pekan juga mengharuskan saya atau Anda untuk sibuk. Jenis kesibukannya bermacam: ke pantai, makan, nonkrong, pokoknya banyaklah. Jadi, akhir pekan pun dirindukan karena memang menyatu dengan kesibukan. Tepatnya, kesibukan pribadi.
Kembali ke pesan tak berbalas tadi. Kenapa pesan tak segera dibalas? Jawabannya karena akhir pekan. Dalam kamus kerja, akhir pekan adalah jeda. Jeda adalah momen di antara: waktu dan kesibukan. Ketika pesan tak dibalas, yakinlah bahwa si penerima pesan tengah menemui jeda, yakni akhir pekan. Dan, akhir pekan, pastinya sibuk juga bro. Dari sini pun, saya meyakinkan diri saya sendiri untuk membuang prasangka menggugat akhir pekan.
Di akhir pekan, durasi kesibukan semakin menanjak. Jangan pernah berharap bahwa di akhir pekan, orang benar-benar memiliki waktu luang. Semua waktu, untuk konteks kapan dan apapun, selalu terisi. Maka, melempar pesan di akhir pekan, tidak lain menambah durasi kesibukan: ya sibuk balas pesan. Kata si dia, sebaiknya ngobrol paling bagus itu pas akhir pekan. Terbukti atau tidak, alasan demi alasan akan diunggah jika tesis ini tiba-tiba runtuh karena pesan tak dibalas.
Saya tak yakin bahwa akhir pekan benar-benar merujuk ke sebuah dimensi waktu bernama akhir. Di balik kata akhir, biasanya ada begitu banyak hal akan dipersiapkan untuk memulai pekan yang baru. Yang paling mencolok adalah soal pengalaman. Apa pengalaman Anda yang paling berkesan di akhir pekan kemarin? Pertanyaan ini akan dihidangkan di pengantar Senin. Jika tak ada yang berkesan, saya akan mengarang cerita agar akhir pekan tetap terasa berkesan.
Bagi saya, akhir pekan adalah pesan. Jika akhir pekan dilalui begitu saja, akhir pekan akan kehilangan pesan dan kesan. Hal ini tak jauh berbeda ketika saya mengirim pesan di akhir pekan. Menunggu balasan chatt di akhir pekan merupakan pesan, yakni saya tak harus menunggu pesan. Saya harus benar-benar tahu bahwa akhir pekan adalah jeda. Ketika akhir pekan merujuk ke jeda, apakah pesan harus dibalas? Dalam momen demikian, saya sebetulnya tengah memberi kesan untuk diri saya sendiri.
Ketika pesan tak dibalas, itu artinya saya tengah menikmati jeda. Itu artinya saya tengah mengukir kesan untuk pekan yang akan segera berakhir. Saya tak harus menunggu dan memaksa agar pesan segera dibalas. Jika saya memaksa, saya justru tak memberi kesempatan kepada penerima pesan untuk menikmati makna sekaligus sensasi pesan yang saya kirim. Begitu setidaknya, saya memaknai akhir pekan. Seperti pesan terkirim yang tak berbalas, akhir pekan selalu ditunggu dan sesegera mungkin dihabiskan dengan hal-hal yang bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H