Lihat ke Halaman Asli

Kristianto Naku

TERVERIFIKASI

Analis

Pernah Ada dalam Ingatan

Diperbarui: 13 Maret 2021   09:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kristianto Naku. Foto: dok. pribadi Kristianto Naku

Itu soal waktu. Ya waktu yang kadang sulit 'tuk dikembalikan. Saya akhirnya tahu. Tahu kalau semuanya pernah ada. Semua yang masuk alam imajinasiku, memang pernah ada. Tapi kapan? Aku mencoba 'tuk mengingat-ingat. Jadi, ceritanya begini.

Beberapa tahun yang lalu, kira-kira tahun 2014, saya tiba di Jogja. Saya ingat baik, beberapa bagunan memang belum ada. Sebut saja gapura depan pagar masuk tempat tinggalku di Pojok, Tyasan, belum ada. Hartono Mall juga belum ada. Sepertinya, kafe-kafe juga tak menjamur seperti sekarang.

Di sebelah utara stadion Maguwoharjo, ada lahan seluas lapangan sepak bola. Itu seingat saya. Dulu, saya dan beberapa teman sering bersepeda ke sana. Banyak orang sekadar bermain di sana. Bahkan, sering dipakai 'tuk "traning." Latihan "nyetir" maksud saya.

Ya memang pernah ada. Tapi sekarang sudah disulap menjadi wahana bermain berkarcis. Bukan main, masuk ke sana perlu duit seratus ribu rupiah. Terus dipagar keliling. Di dalam ada begitu banyak tempat bermain. Kini tempat itu dikenal dengan sebutan Jogja Bay. Masuk ke sana harus seizin Pak Satpam.

Juga di sekujur Jalan Kaliurang (Jakal) ke Utara banya spanduk bertuliskan "Tolak Hotel dan Apertemen!" Itu pernah ada. Tapi sekarang justru dicopot dan diganti dengan banyak iklan yang isinya soal kesehatan: "Bersama lawan Covid-19." Memang berubah drastis. Lalu ditambah lagi dengan adanya "underpass" dengan konsep cegah kemacetan.

Banyak hal di tempat ini yang berubah drastis. Dengan borongan waktu empat tahun menyahut, wajah kota disaji dengan berbagai kebaruan. Saya akhirnya berfikir ini semua adalah tuntutan. Era kita, memang era menata, menyulam, dan mempercantik. Sesuai dengan visi periode pertama Jokowi "Utamakan Infrastruktur."

Jadi, yang pernah ada sebaiknya dan sebisa mungkin dimonumenkan dan dibadikan. Jika pernah menyinggahi atau setidaknya pernah ada-bersama, alangkah lebih baik, luangkan sedikit waktu 'tuk mengambil gambar atau menggoreskannya pada sebuah catatan kecil. Tujuannya demikian: biar generasi berikutnya, juga tahu bahwa memang yang namanya itu atau ini pernah ada.

Sebuah ketakutan besar justru datang ketika, generasi ini hanya tahu apa yang ada sekarang. Tak perlu lagi mempertanyakan kenapa bisa ada, atau bagaimana dengan yang sebelumnya. Jika kita mengelilingi daerah sekitar Kalasan atau Prambanan, kita akan menemukan begitu banyak peninggalan. Umumnya berupa candi. Pernahkah kita bertanya "Apa sebelumnya yang di sana?" Atau "Bagaimana mereka membangunnya?" Atau "Berapa juta nyawa yang dikorbankan?"

Dalam hal ini kita kadang gagap untuk menjelaskannya. Kita hanya tahu apa yang ada sekarang. Kadangpula kita hanya tahu berdiri dan memotret. Karena kedangkalan kita melupakan yang pernah ada. Padahal ada begitu banyak nyawa yang hilang dan peristiwa tragisnya lainnya yang pernah ada melatarbelakangi semuanya. Ya, sekali lagi pernah ada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline