Lihat ke Halaman Asli

Kristianto Naku

TERVERIFIKASI

Analis

Prinsip Vulnerability dan Etika Kedokteran

Diperbarui: 14 Desember 2020   13:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Relasi dokter dan pasien. Sumber: klikdokter.com.

Pelanggaran terhadap prinsip vulnerability dalam berbagai riset biomedis pada umumnya terjadi karena pelaku riset menggunakan orang-orang yang vulnarable sebagai subjek penelitiannya tanpa informed consent yang baik dan benar. Misalnya, kasus tuskegee syphilis experiment

Kegiatan ini adalah sebuah penelitian mengenai penyakit sipilis yang terjadi pada tahun 1932 -- 1972. Percobaan ini terjadi di klinik Tuskegee yang sekarang menjadi Universitas Tuskegee di Alabama, Amerika Serikat.

Selama 40 tahun, penelitian itu telah melibatkan 600-an laki-laki negro yang miskin dan tak berpendidikan. Mereka dibagi dalam dua kelompok, yakni 399 orang sebagai kelompok percobaan yang dijangkiti sipilis dan tidak dilakukan terapi, dan sisanya adalah kelompok kontrol yang tidak terjangkit sipilis

Mereka yang dipakai sebagai kelinci percobaan tidak diberi tahu bahwa mereka sedang dijadikan bahan percobaan ilmu kedokteran.

Apa itu prinsip vulnerability?

Kata vulnerability berasal dari bahasa Latin vulnerabilis, dengan kata kerjanya vulnerare yang berarti melukai atau kata bendanya vulnus yang berarti luka -- kemudian mendapat arti rentan terlukai. 

Dalam bahasa Inggris vulnerable berarti lemah, rentan, mudah diserang, mudah kena ancaman, atau suatu keadaan rentan terhadap suatu bahaya karena keadaannya dari dirinya sendiri tidak mampu melakukan perlawanan.

PBB mendefinisikan vulnerable sebagai suatu keadaan yang terpapar secara tinggi kepada resiko tertentu, yang dikombinasikan dengan kurangnya kemampuan untuk melindungi diri untuk melawan resiko tersebut. 

Istilah rentan dalam pemakaian kata vulnarable bisa diakibatkan oleh cacat, lingkungan kumuh, ketidakadilan sosial, masalah gender, keadaan (miskin, bodoh) atau karena relasi yang mendominasi, misalnya antara dokter -- pasien, atau dosen -- mahasiswa.

Jika seseorang mampu melindungi diri, ia bukan seseorang yang dikatakan vulnerable. Contohnya, Ahok. Dalam menjalankan bisnisnya dengan pengusaha-pengusaha lain, ia tidak bisa disebut vulnerable, jika ia tidak mampu bersaing. 

Sedangkan, jika ia berhadapan dengan para ulama -- dari kalangan Islam -- Ahok dalam hal ini dikategorikan sebagai seseorang yang vulnerable. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline