Lihat ke Halaman Asli

Kristianto Naku

TERVERIFIKASI

Analis

Minggu Adven II: Bagaimana Melewati Babilonia dan Padang Gurun?

Diperbarui: 6 Desember 2020   09:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Padang pasir. Sumber: Dok Pribadi Kristianto Naku.

Situasi padang gurun dan Babilonia, bukanlah hal yang mudah. Di padang gurun, badai debu, gersang, sunyi, ketiadaan naungan, dan air, membuat seluruh stamina menjadi lumpuh. Selain situasi padang gurun, situasi pembuangan ke Babilonia membuat raga dan kekuatan iman menjadi rapuh. Maka, kita buruh suara peneguh. Kita butuh pengeras suara agar bangkit.

Masa pandemi Covid-19 tidak jauh berbeda dengan apa yang dialami bangsa Israel saat berada di pembuangan. Ketika kejayaan mulai menyentuh seluruh nadi kehidupan bangsa Israel, tiba-tiba musuh menghampiri. Dalam rengkuhan musuh, bangsa Israel kemudian dibawa ke pembuangan Babilonia. Di sana, ratap, tangis, keluh-kesah, dan penyesalan bercampur-aduk. Nabi Yesaya datang memberi suatu harapan baru.

Di tengah pandemi Covid-19 ini, harapan akan kehadiran sosok seperti nabi Yesaya adalah sebuah kebutuhan. Seluruh warga dunia saat ini, seperti berada di pembuangan Babilonia. Ada ketakutan, ada ratap, ada tangis, ada keluh-kesah, ada masa retret agung, ada pertobatan, dan ada pula harapan untuk bangkit. Semuanya tidak mudah, jika tak ada yang memulai dan berani bersuara.

Bacaan-bacaan suci yang disuguhkan Minggu II Masa Adven ini, sejatinya menampilkan tiga tokoh berbeda. Mereka adalah nabi Yesaya, Yohanes Pembaptis, dan Paulus. Ketiganya, hadir memberi harapan bagi mereka yang mengalami krisis dan mau bertobat. Yesaya menyerukan harapan di daerah pembuangan, Yohanes Pembaptis berseru-seru di padang gurun, dan Paulus mengingatkan kita semua mengenai sikap berjaga-jaga.

Situasi Babilonia adalah situasi berharap -- apakah saya tetap setia jika saya mengalami sebuah situasi yang tidak saya inginkan. Bangsa Isreal mengalami situasi pembuangan selama berpuluh-puluh tahun. Tantangan di daerah pembuangan, justru membuat iman bangsa Israel semakin kokoh dan bertumbuh. Semuanya ini, tentunya tidak terlepas dari sosok Yesaya. Tanpa suara harapan Yesaya, bangsa Israel dengan mudah dipengaruhi ilah-ilah lain.

Menuju kedatangan Tuhan, tokoh baru yang tidak kalah pentingnya adalah Yohanes Pembaptis. Sosok ini cukup aneh. Tidak seperti Yesaya yang berhadapan langsung dengan orang Israel di wilayah pembuangan, Yohanes justru berseru-seru di padang gurun. Secara biblis, padang gurun merupakan tempat pelarian orang-orang yang mengalami kekeringan dalam hidup dan rasa spiritual.

Selain sebagai tempat di mana orang menimba kekuatan-kekuatan spiritual, padang gurun juga ikut membantu gema suara Yohanes. Di padang gurun, angin gurun justru menjadi pengeras suara (speaker) yang membantu siapa saja untuk mendengar suara pertobatan. Dari gurun, Yohanes membawa mereka yang dililit kesusahan, kegalaun, ketakutan, dan kecemasan untuk kembali kepada situasi hidup normal. Inilah yang diutarakan Yohenes Pembaptis dalam mempersiapkan jalan menyongsong kedatangan Tuhan selama masa Adven ini.

Usai mendengar seruan pertobatan, kita tak henti-hentinya dikuatkan dengan nasihat Paulus. Langit dan bumi baru akan hadir. Menyambut situasi baru ini, Paulus mengingatkan kita untuk tetap siaga, waspada, bekerja keras, mawas diri, dan aktif dalam penantian. Sikap menunggu bagi Paulus harus disertai tindakan aktif -- menanti sambil mengisi tabung atau bilik bekal kehidupan kita masing-masing. Konten apa yang perlu diisi? Paulus mengingatkan agar masa penantian ini diisi dengan perilaku baik, kata-kata yang santun, dan tindakan amal-kasih.

Jadi, tiga situasi yang mau digambarkan oleh ketiga tokoh pada bacaan-bacaan Minggu Adven II ini tidak lain adalah situasi krisis, harapan, dan pertobatan. Di saat sekarang, situasi krisis ini, kita jumpai dalam perang melawan pandemi virus corona. Pandemi ini, tidak hanya menyerang lini kesehatan, tetapi juga lini ekonomi, spiritual, dan psikologis masyarakat. Maka, hal yang dibutuhkan adalah seruan-seruan menyejukkan agar orang tidak mudah terbawa arus krisis. Kehadiran tokoh-tokoh pemberi harapan menjadi penting dalam hal ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline