Lihat ke Halaman Asli

Kristianto Naku

TERVERIFIKASI

Analis

Menanti Era Kepastian

Diperbarui: 7 November 2020   20:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Perang di wilayah Timur Tengah tak kunjung menuai kata akhir. Konflik berdarah, seperti di Suriah antara Pemerintah dan pihak milisi sejak 2011 semakin menegarkan kedua belah pihak. Intervensi pihak luar tidak menjadi sumbangan berarti bagi pendududk negeri. Lantas, apa yang bisa dipastikan untuk sederet situasi seperti di Suraih dan sekitarnya?

Pemerintah Suriah kembali menguasai Aleppo. Konflik di Suriah semakin kompleks. Banyak bangunan luluh-lantak dihantam rudal dan pemusnah massal lainnya. Bangunan gagah yang selalu senyum menyapa orang asing, kini berubah garang dan begis. Tak peduli siapa yang melintas. Dari titik-titik kecil di balik dinding muncul letupan disertai kepulan asap.

Sejatinya, tembok-tembok itu sudah disusupi pemusnah, kebencian, haus darah, keberingasan, kemelaratan dan kebiadapan. Seorang mahasiswa jurusan pertanian University of Aleppo, Yahia, mengatakan "Kami berperang untuk menggulingkan Assad. Dia menzalimi rakyat." Banyak orang yang mengkalim Assad sebagai presiden yang haus darah.

Kepemimpinanya selalu membuat rakyat resah terutama dengan kebijakkannya untuk menutup akses Suriah terhadap dunia luar. Sikap Assad sangat masa bodoh dengan situasi yang menimpa societas Suriah. Assad berikeras untuk tetap mempertahankan kebijakannya dan menolak berhenti dari kursi kepresidenan. Di lini belakang Assad, Rusia siap mengcover seluruh permintaannya. Hingga sekarang, jumlah korban jiwa telah menembus angka puluhan juta.

Nyawa the innocent people itu dirajam peluru dan bom yang membabi-buta. Banyak warga Suriah yang memilih lari ke Eropa, Turki dan daerah sekitarnya yang kondusif. Banjir pengungsi ke daratan Eropa tak lagi mampu dibendungi. Kapan trgaedi berdarah di Timur Tengah berakhir? Liga Arab, terutama negara-negara kaya, seperti Arab Saudi, Qatar, memilih untuk tak bersuara atas situasi saudaranya. Perang Suriah justru diminati oleh pihak asing. Sebuah ironi. Societas Suriah mengklaim bahwa Tuhan berada di pihak mereka.

"Kami berperang menumpas si jahat (Assad). Tentu Tuhan berada di pihak kami," kata salah seorang warga sipil anti-Assad. Hingga kini, warga sipil telah menguasi hampir seluruh wilayah Suriah, termasuk Aleppo dan mungkin juga Damaskus. Hal ini berarti rezim ketidakpastian akan berakhir, dan suatu rezim yang baru yang penuh harapan dan kedamaian akan siap menjabat. Upaya untuk merebut satu kota, seperti Aleppo, tentu sebuah pekerjaan yang berat.

Bayak darah harus ditumpahkan demi merengkuh kembali kebersamaan dan keharmonisan hidup. Era kepastian adalah sebuah situasi di mana orang saling bertegur-sapa, bersenda-gurau dan bertukar ide. Inilah yang diharapkan di tahun 2017. Banyak orang, termasuk mereka yang hidup dalam ketidakpastian menemukan suatu jaminan baru, yakni kedamaian.

Era kepastian tentu mendorong orang untuk tetap menghargai hidup. Dalam rengkuhan kepastian, setiap orang diberi kesempatan untuk mengekspresikan keinginan dan harapan yang dibalut ketakutan dan kecemasan. Mari membangun kebebasan!

Itu soal perang. Tahun 2020, dunia dilanda wabah menglobal: virus corona jepritan Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Dunia menjadi tak pasti. Semua gelisah. Kapan berakhirnya virus ini? Sampai kapan kita dilanda kecemasan? Sampai kapan kita keluar rumah dengan terus dimasker? Kapan semuanya bisa pasti?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline