Lihat ke Halaman Asli

Kristianto Naku

TERVERIFIKASI

Analis

Arti Keselamatan dalam Ritus "Sky Burial" Buddhis-Tibetian

Diperbarui: 18 Oktober 2020   09:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pernakah kalian menyaksikan tubuh orang yang meninggal dicacah lalu diberikan pada binatang untuk dimakan? Pernah gak kalian menyaksikan daging dan tulang kerabatmu yang telah meninggal dunia dipotong-potong, dicacah, dan diremuk? Bagi Buddhis Tibetian, hal ini adalah sebuah tradisi. Di sana ada ritual. Mereka menyebutnya pemakaman langit (sky burial).

Sky Burial adalah sebuah upacara pemakaman yang dilakukan oleh umat Buddhis-Tibet. Dalam upacara ini, seseorang yang telah meninggal dunia dibuatkan sebuah ritual khusus sebagai sarana untuk mencapai keselamatan. Pada dasarnya model pemakaman (sky burial) ditengarai oleh dua alasan utama, yakni alasan ekonomis dan alasan spiritual.

Alasan ekonomis ditengarai oleh dua hal, yakni 1) struktur tanah di daerah Tibet yang tipis dan penuh dengan bebatuan karang sehingga mempersulit penguburan jasad dan 2) ketiadaan kayu bakar untuk menerapkan model pemakaman jenis lain, misalnya pembakaran mayat. 

Sedangkan alasan spiritual menunjuk ke arah prospek keselamatan. Orang Buddhis-Tibet mempercayai bahwa roh orang dimakamkan dengan cara "sky burial" akan cepat mencapai nirvana. 

Orang-orang Buddhis-Tibetian menganggap ritual sky burial sebagai ritual kematian yang baik (good death). Dalam tulisannya, "Celebrating Life & Death," Rachel Sing-Kiat Ting menyebut "sky burial" sebagai "Good death of a terminally ill Tibetan survivor and how her sky burial modeled a cosmology and spirituality of celebrating death."

"Sky burial" dapat berarti membawa ke gunung atau ke bukit, di ketinggian (sky burial is "rir skyel" which means, literally, 'to carry to the mountain). Ritual pemakaman Buddhis-Tibet jenis ini, sejatinya dikendailkan oleh seorang "huofo" -- sebutan Buddha yang hidup bagi orang Tibet. Tahap pertama yang dilakukan disebut dengan istilah "phowa" -- ritual mengurus orang mati.

Ritual ini berkaitan dengan persiapan upacara pemakaman terakhir, yakni sky burial. Tahap kedua yang dilakukan adalah "rochag." Pada tahap ini, tubuh orang yang meninggal dibersihkan. 

Tugas dari anggota keluarga adalah melepaskan pakaian dari orang yang sudah meninggal, tetapi dengan tetap memperhatikan keutuhan tubuh -- dijauhkan dari berbagai benda-benda yang melukai tubuh saat prosesi "binding the body" (rochag).

Setelah dibersihkan, tubuh jenasah dibaluti dengan pakaian tertentu, mulut dan telinga jenazah diikat dengan kain sutra dan pengenaan perhiasan sebagai silih atas hal buruk yang dilakukan selama hidup. 

Setelah semua ini selesai, keluarga mulai berkonsultasi dengan lama -- guru ritus sky burial --  untuk membicarakan mengenai ritual pemakaman terakhir. Sebelum menuju pemakaman terakhir, jazad dikunjungi oleh "huofo" untuk didoakan dan dibacakan mantra.

Tahap ketiga adalah sky burial. Dalam perjalanan menuju tempat ritual, jasad yang hendak digunakan dalam ritual harus dipikul oleh anak laki-laki sulung atau anggota keluarga yang ditunjuk. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline