Lihat ke Halaman Asli

Friendzone: Sudah Pegangan Tangan tapi Kok Malah Bertepuk Sebelah Tangan?

Diperbarui: 6 Juli 2024   00:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Musik. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Friendzone: Udah Pegangan Tangan kok bisa Bertepuk Sebelah Tangan?

 

Apakah kamu salah satu pendengar lagu yang Friendzone dari Budi Doremi? Lagu berjudul “Friendzone” yang dirilis oleh Budi Doremi pada tahun 2015 masih sering terdengar dinyanyikan sampai saat ini. Liriknya yang lugas menggambarkan dinamika emosional seseorang yang sedang terjebak dalam hubungan friendzone, namun dibawakan dengan melodi-melodi yang menyenangkan. Di awal lirik lagu tersebut memang terkesan manis, tapi lama kelamaan didengar malah menjadi kisah yang tragis ya. Lagu tersebut bukan hanya sekedar lagu yang catchy atau sedap untuk didengar, terlihat di setiap liriknya banyak mengandung pesan-pesan mengenai dinamika antar-personal yang mengalami friendzone. Ketika seseorang memiliki perasaan atau keinginan untuk memiliki hubungan yang romantis dengan temannya, tetapi perasaan tersebut tidak dibalas dengan cara yang sama atau yang biasanya dijawab dengan ‘kita kan cuma temen’. Atau bisa dibilang kalau satunya menginginkan hubungan yang romantis, tapi satunya lagi menginginkan hubungan yang platonis.

Kisah dari seseorang yang sedang mengalami friendzone seperti di dalam lagu tersebut dapat dijelaskan menggunakan perspektif cognitive dissonance theory. Cognitive dissonance theory adalah konsep teori psikologi yang diperkenalkan oleh Leon Festinger pada tahun 1957. Festinger menyatakan bahwa seseorang akan merasa ketidaknyamanan psikologis (cognitive dissonance) apabila ia memiliki dua atau lebih keyakinan, persepsi, atau sikap yang saling bertentangan. Jika dikaitkan dengan hubungan friendzone, cognitive dissonance terjadi pada seseorang yang merasa memiliki keyakinan bahwa hubungan pertemanan mereka dapat berlanjut menjadi hubungan yang romantis, tetapi kenyataan yang terjadi bahwa temannya tersebut hanya melihat hubungan mereka sebatas persahabatan saja.

Terdapat berbagai cara untuk menyelesaikan disonansi kognitif salah satunya yaitu mekanisme pertahanan Freud. Dalam lagu tersebut, seseorang berharap bahwa hubungan akan menjadi lebih indah apabila mereka bersama (dalam hubungan romantis), tidak hanya didalam mimpinya tetapi juga didalam dunia nyatanya. Dia menggunakan mekanisme pertahanan (denial) dengan menolak kenyataan yang terjadi bahwa hubungan mereka hanya sebatas teman, adanya harapan untuk terus bersama dengan bermimpi, mencoba untuk menolak kenyataan bahwa cintanya tidak terbalaskan. Nah, mari kita bahas untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan friendzone didalam lagu milik Budi Doremi dan bagaimana jika dilihat dari perspektif cognitive dissonance theory.

Berikut bagaimana cognitive dissonance theory tercermin dalam lirik lagu “Friendzone”:

Dissonance:

“Kita jalan berdua, bergandengan tangan tapi tak jadian”

Pada lirik baris ini menggambarkan adanya perasaan yang samar-samar. Bergandengan tangan identik dengan hal yang dilakukan oleh pasangan yang menjalin hubungan romantis, meskipun begitu pada kenyataannya mereka hanya teman. Hal ini kemudian menimbulkan dissonance antara tindakan secara fisik (intim) dan realitas yang menyatakan bahwa mereka hanya teman.

“Ini nasib yang mengenaskan, harus terjadi lagi, bukan mau suudzon, tapi orang bilang itu friendzone”

Pada bait tersebut, menggambarkan adanya konflik internal yang terjadi. Ketika seseorang memiliki keyakinan yang kuat bahwa hubungan mereka saat ini harus lebih dari sekedar pertemanan/persahabatan, di sisi lain dia menyadari bahwa realitasnya ‘orang bilang’ itu hanya friendzone.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline