Miracle in Cell No. 7 merupakan film yang mengangkat penyandang disabilitas dari Korea lalu diadaptasi di berbagai negara. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengadaptasi film tersebut melalui Falcon Pictures. Film versi Indonesia ini mengangkat isu agama dan mendapatkan sambutan baik dari berbagai kalangan masyarakat Indonesia.
Isu Agama
Film ini menceritakan kisah seorang orang tua tunggal yang mengasuh anaknya dengan kondisi disabilitas. Dodo Rozak yang memiliki kondisi disabilitas memiliki anak bernama kartika. Ibu dari Kartika meninggal sudah sejak dia kecil mengharuskan Dodo berjuang sebagai ayah sekaligus ibu.
Dodo mendapatkan penghasilan dari usahanya menjual balon keliling. Suatu ketika, Dodo berkesempatan untuk menghias perayaan ulang tahun anak seorang pejabat dengan balon yang dijual Dodo. Dari sinilah awal permasalahan yang ada dalam film ini.
Singkat cerita, film ini menunjukan bahwa Dodo dijebloskan kedalam penjara. Kehidupan penjara yang dijalaninya membuat Dodo mendapat kawan baru sesama penghuni penjara. Kehidupan di dalam penjara yang dialami Dodo memunculkan kegiatan agama yang ditujukan kepada para napi yang ada di penjara tersebut.
Salah satu bagian dalam film yang mendapatkan banyak perhatian dari penonton adalah sceen dimana Kartikatampil di atas panggung untuk mengisi kegiatan keagamaan dengan membacakan shalawat.Shalawat ditampilkan dengan pembawaan sedih dimana banyak penonton yang menyalurkan emosi dengan menangis saat menyaksikan sceen ini.
Penyampaian Pesan
Penyampaian pesan dilakukan oleh pembuat film yang ditujukan terhadap penonton film. Dalam isu keagamaan ini, sceen kartika menampilkan sholawat memberikan pesan bahwa ada emosi sedih dari perjuangan seorang ayah terhadap anaknya. Namun pesan ini dibawakan dengan sholawat yang merupakan bagian dari Agama Islam.
Dalam kondisi ini, akan terdapat kemungkinan untuk penerima pesan tidak menangkap apa yang dimaksud oleh pengirim pesan. Menurut Avriyanty dalam Jurnal Audiens Volume 1 Nomor 1 (2020), kita dapat mengklasifikasikan posisi audiens dari hasil proses mengartikan kode atas wacana pertelevisian.
Klasifikasi tersebut antara lain:
Dominant-Hegemonic Position atau Posisi Dominan-Hegemonis yang terjadi ketika audiens memahami pesan yang disampaikan oleh pengirim pesan.