Lihat ke Halaman Asli

Kristian Ndori

Menulis tentang sastra dan sejarah.

Tanah Jawa yang Menjanjikan

Diperbarui: 17 Juli 2023   11:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(sumber : google.com)

           Sudah hampir tujuh tahun berkelana di tanah Sembilan Wali ini. Aku memuji nan bangga kepada diri ini yang sudah bersi keras lantang kepada kondisi dan harapan. Banyak hal menarik yang disampaikan kota Malang khususnya kepadaku. Mereka terus memancarkan ayunan kasih dan jutaan candaan agar semua orang termasuk aku betah dan rindu akan panorama yang ditunaikan. Pada pertengahan tahun dua ribu delapan belas lalu saya bermimpi tentang “miracle” di pulau Jawa.

Seperti tanda perkara yang akan menghampiriku. Nuansa pulau Jawa semakin liar mengisi jaringan sel otak-ku. Tatkala riang aku pun merasa disembeli oleh ingatanku kala itu. Akhirnya memutuskan untuk melancong ke Tanah Jawa. Tempatnya Sembilan Wali bermukim. Sebelumnya aku bekerja disebuah tokoh material bersama seorang teman. Namanya Maris. Dia sudah aku anggap seperti saudara sendiri,karena kita berteman sejak masih berada di Sekolah Menengah Pertama. Sebelum pagi menyambut,sorenya aku langsung mengambil upah bulanan-ku di tempat aku bekerja,disalah satu tokoh yang berada disekitar Kilometer 9,Balikpapan.

Detik-detik keberangkatan 

            Sepulangnya dari tempat kerja,aku mengajak ngobrol Maris untuk menyatakan perpisahan dengannya kala itu. Kesedihan pun terungkap. Mungkin suatu waktu akan bertemu kembali. Aku mengatakan bahwa besok pagi aku akan ke Tanah Jawa.

“Eja, besok aku mau ke Jawa. Tiketnya sudah saya pesan”. (eja=bro)

“ Lah,kamu ngapain kesana?”

“Aku mau mencari pengalaman baru disana”

Maris terlihat sedih dan saya melihat isak sakit hati yang tak kasat mata itupun mulai terkemas. Berada dalam ruang kepedihan kami berbincang tentang cita-cita dan impian yang kami harapkan akan datang menyambut kami. Saat malam mulai dekat,kami membeli minuman beralkohol (ciu) untuk menyatakan perpisahan sembari “cheers”. Minuman itu saya beli dari hasil jual handphone milik saya sendiri dengan harga lima ratus ribu yang ditukar dengan lima botol arak. Betapa bodohnya aku kala itu, hehehe. 

Si jantan pun berkokok tanda pagi mengaung. Aku berkemas dan berpamitan dengan seisi rumah tempat aku berteduh. Dibantu seorang teman yang mau mengantarkan aku menuju Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman atau lebih dikenal Sepinggan International Airport.

Ketika sampai di Bandara aku langsung mengambil tiket pesananku dengan memegang sebuah Kartu Tanda Penduduk. Disana aku melihat banyak sekali calo yang menghampiriku. Karena ini merupakan kali pertamanya aku naik pesawat. Aku kebingungan dengan kode pesawat yang akan aku tumpangi. Disana ada seorang calo yang baik hati datang menghampiri karena dia melihatku sedang kebingungan. Aku begitu risau kala itu. Alhasil dia mengantarkan aku ke ruang tunggu yang sesuai dengan ticket-ku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline