kita tentu jarang mendengar kata karkid. Ternyata karkid sama artinya dengan kupu-kupu malam,wanita tunasusila,pelacur,balon,dan psk. Adalah mereka yang bekerja dan bertugas untuk melayani aktivitas seksual dengan tujuan untuk mendapatkan upah atau sangu dari siapa yang telah memesan dan memakai jasa pelayanan mereka.
Saya akan sedikit berbincang terkait karkid melalui sebuah kisah. Cerita dibawah adalah sebuah cerita kisah nyata seorang wanita yang bekerja sebagai wanita tunasusila dan puji Tuhannya sekarang dia sudah bertaubat dan sudah berkeluarga. Dia sudah mempunyai dua orang anak dari suaminya yang sangat dia kasihi. Kami pun berkerabat sampai sekarang.
Selamat membaca!
"Sebuah keniscayaan terjadi di depan mataku. Mereka membawa nuansa kemarahan sembari menekan pundak kananku. Sejenak menjerit usai dikepal seorang pemuda berwajah sangar. Aku ingat apa yang dia katakan : "Jangan ikut campur urusan saya". Kalimat ini terus mengiang dalam benak-Ku seakan hanyalah dia dan aku yang berada dalam ruang indramayu tubuhku".
Penggalan kalimat diatas adalah sebuah kejadian nyata yang saya alami di Kota Surabaya. Saya masih ingat ketika saya sedang makan disebuah warung kecil di Kota Surabaya. Waktu itu sekitar pukul 12:30 malam. Adapun hanya kami bertiga yang sedang duduk di lesehan warung itu. Asyiknya perbincangan malam itu membuat saya sedikit nyaman untuk berinteraksi dengan pemilik warung. "Saya dulu kayak sampean mas, waktu masih muda saya senang berkelana ke Kupang, Ambon, Sumba,dan bahkan sampai Jayapura",curhat pak Khoirul selaku pemilik warung.
Beragam pengalaman dan pengetahuan tentang kehidupan sosial yang dialami oleh beliau sendiri. Keakraban semakin mengikat sembari mendapatkan guyonan khas Madura. Saya merasa senang sekali. Setelah berjam-Jam bercerita, tawa dan gurau yang kami kelukkan pun tiba-tiba meredup karena ada seorang lelaki bujangan yang mencoba untuk memberhentikan seorang wanita muda yang mencoba untuk menghindar dan mengelak dari hadapan lelaki itu.
Wanita itu seakan merasa terancam karena terus-terusan di ganggu oleh lelaki itu. Pak Khoirul pun menghampiri sembari bertanya "Enek opo mbak",tanya beliau. Sembari berkemas dan langsung membayar makanan ke istrinya pak Khoirul saya pun ikut menghampiri. "Bukan urusan kalian ya",sahut pemuda itu.
Wanita itu pun langsung mengatakan bahwasannya dia mau di perkosa. Sontak saya sama pak Khoirul pun kaget dan tercengang. Tanpa basa basi lelaki itu langsung di tampar dan dihajar sama pak Khoirul. Wanita itu langsung mengelak dan memegang tangan saya seakan membutuhkan pertolongan penuh. Tangannya sangat gemetar karena ketakutan. Setelah mendapat beberapa pukulan alhasil lelaki itu langsung melarikan diri menggunakan sepeda Vario-nya.
Kemudian wanita itu dipersilahkan duduk sama istrinya pak Khoirul. Sembari meneguk segelas air,saya pun memberanikan diri untuk bertanya apa penyebab wanita itu hampir mau di Perkosa. Setelah tegukkan kedua, wanita itu pun mulai berkata beriringan dengan linangan air mata yang berkaca-kaca.
Ternyata wanita itu ditipu oleh lelaki yang hendak memakai jasanya untuk keperluan sesksual. Lelaki itu menjanjikan akan membayar satu setengah juta jika wanita itu mau menginap di kamar kosan-nya. Ketika mereka sampai disana ternyata sudah ada empat orang pria yang sudah lama menunggu kedatangan mereka. Seakan tau apa yang akan terjadi wanita itu pun langsung berbalik dan berusaha lari dari pintu kamar kosan itu. Hingga akhirnya bertemu dengan kami di warung pinggiran jalan.
Wanita itu adalah seorang pekerja seks komersial yang sudah tiga tahun menetap di kota Surabaya. Dia memilih pekerjaan itu dikarenakan tidak ada pilihan lain karena dia sangat membutuhkan uang dalam waktu yang relatif singkat. Wanita itu membiayahi sekolahnya dan semua kebutuhan hidupnya serta tidak lepas dari tanggung jawabnya sebagai seorang kakak untuk adik-adiknya yang masih berusia dibawah lima belas tahun dan masih duduk di bangku sekolah.
Kerap beberapa kali dia mengusap air matanya. Sembari mengambil beberapa helai tissue kepadanya saya mengucapkan beberapa kata untuk membantu menenangkan pikirannya. Alhasil dia merasa membutuhkan beberapa patah kata yang saya ucapkan. Saya memberitahunya agar dia sedikit demi sedikit mengumpulkan keberanian supaya terlepas dari apa yang diselimutinya.