Indonesia merupakan salah satu negara yang aktif dalam bidang sepakbola. Hal ini dibuktikan dengan berbagai prestasi yang telah diukir oleh para atlet pesepakbola Indonesia. Meskipun tidak sampai pada kejuaraan dunia, Indonesia merupakan salah satu negara yang ditakuti oleh beberapa negara di Asia Tenggara. Indonesia juga memiliki suatu organisasi induk yang bertugas untuk mengatur kegiatan olahraga sepak bola di Indonesia. Organisasi tersebut adalah Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI). PSSI ini yang menggelar kompetisi liga Indonesia setiap tahunnya.
Pada beberapa minggu terakhir ini PSSI mendapatkan sebuah masalah. Masalah kali ini adalah pembekkuan PSSI karena beberapa alasan. Berdasarkan isi SK Menpora, PSSI secara de facto dan de jure sampai dengan tenggat batas waktu yang telah ditetapkan melalui tiga teguran tertulis, PSSI secara sah dan meyakinkan telah terbukti mengabaikan dan tidak mematuhi kebijakan Pemerintah melalui Teguran Tertulis dimaksud. Keputusan ini juga merupakan buntut dari kebijakan PSSI yang tidak mengakui hasil rekomendasi BOPI untuk tidak meloloskan Arema Cronus dan Persebaya Surabaya. Awalnya PSSI merencanakan menggelar kompetisi ISL 2015 pada pertengahan Februari lalu, namun atas dasar rekomendasi BOPI, PSSI akhirnya memutuskan menunda pelaksanaan kompetisi, sebab sejumlah klub belum memenuhi persyaratan administrasi. Setelah penundaan itu, kick off ISL diputuskan untuk dilaksanakan pada 4 April 2015. Akan tetapi, ternyata BOPI tetap tak merestui begitu saja liga untuk berjalan. BOPI setuju merestui liga berjalan dengan syarat Arema Cronus dan Persebaya Surabaya tak diikutsertakan dalam kompetisi. Akan tetapi, PSSI tetap keras kepala melaksanakan kompetisi ISL pada 4 April serta tetap mengikutsertakan Arema Cronus dan Persebaya Surabaya. Hal ini kemudian berdampak pada dilayangkannya surat teguran serta permintaan agar kompetisi dihentikan oleh BOPI. Namun karena PSSI tetap keras kepala, hal ini berlanjut dan berbuntut pada keluarnya surat teguran (surat peringatan) yang dikeluarkan oleh Kemenpora sebanyak tiga kali yang semuanya ternyata juga diabaikan oleh PSSI. Faktor-faktor lainnya juga datang dari kepengurusan gaji, masalah tata kelolah klub, dan masalah pengaturan gol. Jadi itulah latar belakang serta alasan dari sejak awal mula munculnya kisruh dalam persepakbolaan negeri kita hingga akhirnya muncul keputusan Kemenpora untuk membekukan PSSI. Atas keputusan pemerintah ini, Indonesia mendapat ancaman dari dan dibayangi oleh Federation Internasionale de Football Association (FIFA) yang menjabat sebagai federasi sepak bola tertinggi di dunia. Jika hal ini benar-benar terjadi maka bisa dipastikan Indonesia tidak bisa mengikuti turnamen-turnamen internasional. Padahal TIMNAS Indonesia sendiri, akan berlaga pada pada babak pada kualifikasi piala dunia 2018 sekaligus babak kualifikasi piala Asia 2019 pada Juni mendatang. Tidak hanya sampai di situ, kesebelasan pada klub pun akan terkena dampaknya. Contohnya Persib Bandung dan Persipura Jayapura terancam tidak bisa meneruskan laganya pada piala AFC Cup.
Adapun negara yang memiliki permasalah dalam bidang persepakbolaan yang sama dengan negara ini. Contohnya seperti Kamerun.kita seharusnya bisa belajar dari negara-negara yang mendapat parmasalahan yang sama sehingga masaah yang dihadapi dapat terselesaikan dengan baik. Begitu pun pada mentri yang mengurus persepakbolaan di negeri ini, mereka harus lebih bersikap lebih bertanggung jawab lagi dalam mengurus persepakbolaan di negeri ini. Mari kita semua berharap semoga pembekuannya tidak berlangsung dalam waktu yang lama sehingga persepakbolaan negeri kita dapat berlangsung kembali dengan lebih baik dan dapat berbicara banyak di dunia internasional.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H