Lihat ke Halaman Asli

Bahkan Desa Kecilku Pun Sudah Terinfeksi Narkoba…

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13937343341958083723

[caption id="attachment_298106" align="aligncenter" width="558" caption="sumber gambar BNN"][/caption]

Suatu hari setelah selesaiacara doa lingkungan di rumah orang tua saya, biasanya para orang tua suka ngobrol sejenak sebelum pulang ke rumah masing-masing. Sebenarnya, hal itu biasa saja. Namun ada yang tidak biasa yang saya dengar dari perbincangan mereka hari itu. Mereka sedang ngobrol tentang seorang anggotaGerejakami yang sangat tabah mengahadapi suaminya yang mengalami ketergantungan narkoba. Ibu itu tetap sabar menghadapi tingkah laku suaminya yang sering menghabiskan uang, dan berperilaku seperti orang gila serta suka marah-marah. Selanjutnya, mereka juga serius membahas bahwa sudah banyak pemuda desa yang menjadi pengguna narkoba dan suka mabuk-mabukan. Seorang Bapak juga mengamini hal tersebut karena anaknya sendiri pun ternyata pernah terjerumus penyalahgunaan narkoba, saat masih di bangku SMA. Beruntung, ia mau menjalani proses pengobatan secara fisik dan psikisnya.

Pada umumnya, pemuda-pemuda desa yang terperosok ke dalam jurang narkoba itu kata mereka, adalah orang-orang yang tidak serius sekolah atau yang sudah putus sekolah akibat salah pergaulan, yang masih bersekolah juga ada, dan masih banyak latar belakang lainnya. Mereka suka nongkrong di kedai kopi malam hari atau membuat tempat ngumpul sendiri. Seorang bapak mengaku bahwa terkadang ia menemukan pemuda-pemuda itu ngumpul tak jauh dari rumahnya. Namun, yang berani ia lakukan hanya membubarkan mereka agar tidak semakin memperparah ”pesta” mereka. Namun untuk melapor Polisi ia tidak berani, dan segan dengan orang tua pemuda-pemuda itu. Selain itu, mereka juga suka ”minum”sampai mabuk dan sering kali menjadi “hantu” jalanan. Berperilaku tidak karuan, dan berteriak-teriak. Anjing-anjing tak berdosa pun bisa saja menjadi sasaran kemarahan mereka yang tidak beralasan. Malam hari menjadi mencekam.

Mengerikan rasanya mengetahui kenyataan bahwa narkoba kini telah menginfeksi hingga ke desa, yang sesungguhnya “sel” sebuah pemerintahan. Desa kecilku, sebuah desa di Kabupaten Karo, yang jaraknya lebih dari 76KM dari Kota Medan, kini tercemar dengan bau amis narkoba. Harusnya pemuda-pemuda itu adalah orang-orang yang kelak menjadi tuan di desa kami, yang akan memajukan desa kami. Tapi ternyata dikala muda seperti ini, mereka malah menjadi hamba pada sebuah racun bernama narkoba.

Pada sebuah acara diskusi Blogger Reporter bersama BNN (Badan Narkotika Nasional) (22/02), Pak Gun Gun Siswadi (Direktur Diseminasi Informasi BNN) mengatakan bahwa dulu Indonesia hanya menjadi tempat persinggahan para pengedar narkoba sebelum menjualnya ke negara-negara lain. Namun, sekarang Indonesia malah manjadi negara tujuan utama peredaran narkoba dengan berbagai metode penyuludupan. Narkoba sudah merasuk sampai ke daerah kecil, Desa saya yang bahkan tidak banyak orang tahu pun sudah, kita tidak tahu daerah mana lagi yang juga ter”infeksi” narkoba.

Data BNN memberitahukan bahwa di Indonesia setiap hari ada sekitar 40 orang yang meninggal karena narkoba, termasuk yang meninggal akibat terkena AIDS/HIV, Hepatitis karena menggunakan narkoba melalui jarum suntik secara bergantian. Itu berarti dalam setahun sekitar 14.600 jiwa mati sia-sia. Jika semakin dibiarkan maka angka tersebut semakin hari akan semakin meningkat, dan tidak mustahil, kita akan kehilangan generasi muda negeri ini dalam waktu sekejap. Jika generasi mudanya lenyap, maka tidak ada yang bisa pastikan kelangsungan hidup negri ini.

Siapa yang harusnya bertanggung jawab dalam hal ini? Jawabnnya adalah saya, kamu dan kita. Pemberantasannarkoba bukan hanya tugas Polisi dan BNN. Semua orang kini bertugas menjadi duta anti narkoba, dimana pun kita berada. Bukan besok, tapi sekarang. Indonesia harus segera bergegas memberantas ini.

Tahun 2014, sebagai Tahun Penyelamatan Pengguna Narkoba yang dicanangkan oleh Ketua DPRRI,Ketua DPD-RI, Wakil KetuaMPR-RI, Kapolri, dan KepalaBNN di Lapangan BhayangkaraMabes Polri, Jakarta tanggal 26Januari 2014 diharapkan menjadi titik awal bersatunya kita semua dalam memerangi narkoba. Sasaran utama programini adalah menyelamatkan “korban”. “Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi Daripada Dipenjara” demikian slogan yang diusung dalam misi pemberantasan narkoba ini. Pengguna adalah korban, yang harus diselamatkan. Tidak satupun dari mereka layak untuk mati sia-sia, melewatkan masa muda mereka dengan tak berguna. Rehabilitasilah yang harus di”hukum”kan kepada mereka, bukan penjara. Sementara pengedar dan atau pembuat narkobalah, yang harus ditindak sesuai dengan hukum yang berlaku. Ini adalah tahun perang memberantas narkoba. Ini serius.

Kita bisa memulainya dengan hal sederhana. Memberikan informasi mengenai bahayanya penyalahgunaan narkoba adalah sebuah tindakan sederhana yang luar biasa. Lalu, jika mengetahui ada korban narkoba, maka segeralah beritahu orang tersebut atau membawanya untuk segera minta “perlindungan” kepada Polisi, BNN atau ke rumah sakit pemerintah untuk direhabilitasi secara gratis. Bagi para ‘korban’ segeralah berhenti sebelum narkoba menghentikan dirimu. Tidak ketinggalan peran orang tua bila mengetahui anaknyasebagai korban narkoba, segeralah melapor kepada Polisi atau BNN, karena jika suatu saat anak tersebut tertangkap, maka orang tua pun akan terkena imbas pidana kurungan penjara.

Menurut saya pribadi, yang paling penting bagi seseorang untuk terhindar atau lepas dari narkoba adalah tentang bagaimana seseorang menyadari akan berharganya hidupnya. Menggunakan hidupnya dengan baik, menyadari akan cinta orang tuanya kepadanya, saudara-saudaranya. Tentang hidupnya bukan hanya miliknya tetapi juga milik keluarga, dan orang-orang yang mencintainya. Setiap orang harus menjaga dirinya dan pergaulannya. Ketika terjatuh,seharusnya ia bangkit dan belajar untuk memperbaiki lagi. Sesungguhnya kesembuhan korban narkoba terutama adalah berasal dari dorongan diri sendiri sehingga baiklah dia juga memberikan dirinya untuk direhabilitasi.

Dukungan orang-orang di sekitarnya juga tidak kalahpenting. Tidak semua korban narkoba ini mampu “berdiri” sendiri setelah ia terperosok dalam penyalahgunaan narkoba. Banyak yang pada akhirnya menyerah dan kembali lagi jatuh karena tidak kuat menopang dirinya yang telah rapuh digerogoti narkoba. Dukungan orang-orang disekitarnya, orang tua, saudara, teman-teman bisa menjadi tongkat yang menopang. Sehingga, orang itu bisa kembali berdiri sendiri, dan memulai kehidupannya lagi dengan semangat baru. Jadi ayo.. Aku, kamu, kita, menjadi agen anti narkoba. Demi masa depan kita, masa depan negara kita. Demi orang tua kita, keluarga kita, dan hidup kita yang berharga ini.

Maka, dengan menjalankan misi ini, kita semua dapat mencegah dan menyelamatkan pengguna narkoba. Desa kecilku yang sedang terinfeksi ini pun, janganlah kiranya semakin parah menjadi luka yang dalam. Desa kecilku ini, yang dulu berselimut udara segar, semoga bisa pulih dari bau narkoba yang mencemarinya. Agar pemuda-pemuda desakulah yang menjadi tuan di tanahnya sendiri, dan mewujudkan Indonesia bebas narkoba tahun 2015.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline