Lihat ke Halaman Asli

Kristiadji Rahardjo

manusia biasa yang mendamba cinta hadir di dunia; suka membaca, traveling, fotografi, main biola dan badminton

Makna Sebuah Pengorbanan

Diperbarui: 23 Agustus 2018   17:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

gambar ilustrasi sawah terbakar (sumber: qiyasaad.com)

Saya pernah membaca suatu kisah tentang seorang petani tua di Jepang.  Petani tua itu baru saja memanen padinya. Hasilnya begitu melimpah sehingga ia menjadi seorang yang kaya raya. Sawahnya yang luas itu terletak di dataran tinggi, di suatu desa yang tidak jauh dari pantai.
Suatu hari, terjadi gempa bumi hebat yang menggoncang daerah itu, namun penduduk desa pantai  yang sudah terbiasa mengalami kejadian itu tidak begitu menghiraukan kejadian ini. Sedangkan si petani yang rumahnya agak tinggi melihat ke tepi pantai. Terlihat di kejauhan ombak begitu dahsyat dan mengerikan. Tsunami. 

Ia langsung mengerti bahwa malapetaka akan segera terjadi. "Cepat ambilkan obor!!" teriaknya kepada cucunya. Kemudian dia berlari ke arah padinya yang baru dipanen dan membakarnya.

Ketika lonceng kuil desa di bawah sana didentangkan, pertanda ada kebakaran ; maka orang-orang berbondong naik ke arah rumah petani dan membantu untuk menyelamatkan hasil panennya. Tetapi petani itu cepat-cepat menunjuk ke arah pantai, "Lihat-lihat!!" orang-orang menoleh ke arah pantai. Satu gelombang besar terlihat datang mendekat. 

Gelombang tsunami itu akhirnya menerjang dan menghancurkan desa mereka. Namun karena petani itu mengorbankan hasil panennya maka seluruh masyarakat desa itu berlari ke arah gunung, lebih dari 400 jiwa terselamatkan. Petani tua itu memang dengan sengaja membakar hasil panennya, supaya semua perhatian tertuju ke rumahnya.

Sebuah pengorbanan  yang sangat berharga dilakukan oleh petani itu tanpa pamrih. Pengorbanan yang menyelamatkan jiwa penduduk desanya. Dia merelakan padinya yang siap panen. Dia tidak mementingkan keselamatan dirinya sendiri dan panenannya.

Dari perspektif kristiani, saya merefleksikan kisah itu. Saya dibawa pada permenungan akan pengorbanan diri Yesus di kayu salib. Dia yang tidak bersalah, rela menanggung hinaan, fitnah dan siksaan bahkan kematian demi menyelamatkan manusia dari dosa. Kematiannya menjadi tebusan atas dosa. Suatu pengorbanan yang sangat berarti, karena mendatangkan keselamatan bagi kita semua. Itu semua dilakukannya dengan iklas karena cintaNya yang begitu besar kepada manusia.

 Dia juga taat kepada kehendak Allah untuk menyelamatkan dunia dengan jalan pengorbanan. Jalan cinta kasih. Pengorbanan dan kematianNya membuka jalan bagi kehidupan kekal. Kebangkitannya telah memberi harapan akan hidup kekal. "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini sehingga Ia telah mengaruniakan Anaknya yang tunggal. Supaya setiap orang yang percaya kepadaNya, tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yoh 3:16).

Para pahlawan dan pejuang kemerdekaan juga merelakan nyawanya demi terwujudnya cita-cita kemerdekaan. Merdeka dari penjajahan. Merdeka dari belenggu kelaliman. Johannes Adekalla, si pemanjat tiang bendera di Atambua itu juga menjadi pahlawan jaman now. Dia tidak pedulikan keselamatan dirinya, dan segera memanjat tiang itu agar bendera Merah Putih bisa berkibar. Para atlet Indonesia yang sedang berlaga di Asian Games 2018 juga mengorbankan seluruh waktu, tenaga dan pikirannnya untuk meraih medali demi mengharumkan nama bangsa. Dan masih banyak pengorbanan lain yang dilakukan oleh anak bangsa ini untuk kebaikan dan kesejahteraan bersama.

Bagaimana dengan kita? Siapkah kita berkorban untuk meraih kemerdekaan dari belenggu egoisme, keserakahan dan keangkuhan? Pengorbanan apa yang sudah, sedang atau hendak kulakukan untuk kebaikan sesama, untuk negeri tercinta? Pedulikah aku dengan penderitaan sesamaku yang tertimpa musibah, yang miskin, sakit dan terpinggirkan? Bergetarkah hatiku oleh cinta dan terdorong  untuk berkorban dan berbagi ketika melihat sesamaku menderita ? 

Tiada cinta tanpa pengorbanan. Mari......

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline