Lihat ke Halaman Asli

Lia Melankolia

Freelancer

Hobi Menjadi Cuan, Apakah Masalah?

Diperbarui: 11 September 2023   22:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi memiliki Hobi adalah kesenangan tersendiri | pexels.com/David Bartus

Siapa sih yang tidak memiliki hobi? Hobi adalah hal yang menyenangkan untuk dikerjakan. Hal yang paling menyenangkan adalah hobi yang dibayar. Dan itu juga impian semua orang kan? Setiap orang juga memiliki hobi yang bermacam-macam, beranekaragam bentuknya, seperti menikmati karya orang lain (membaca, mendengarkan lagu), konsumtif (membeli barang), bahkan ada yang menghasilkan karya (ilustrasi). 

Saya pun memiliki hobi untuk mencari kesenangan, yaitu membaca. Saya ada kepikiran untuk beralih karier, tidak sesuai dengan jurusan kuliah. Saya tertarik dengan apa yang dilakukan tetangga saya, ia jurusan ilmu pemerintahan malah banting setir jadi berdagang. Tentunya itu melenceng dengan jurusan yang ia tekuni sewaktu di bangku kuliah dan tentunya ditentang oleh orang tuanya. Tapi ternyata usaha yang ia jalankan berjalan dengan pesat. Saya juga terinspirasi dengan pencapaian itu. 

Nah, dengan alasan jurusan saya sempit pekerjaan, lamaran saya ditolak terus oleh perusahaan. Maka, saya harus putar otak dan kepala gimana caranya saya bisa menghasilkan cuan. Lalu, saya berpikir untuk mengembangkan hobi menjadi peluang usaha. 

Lapangan pekerjaan sesuai jurusan menyempit karena penawaran lebih banyak daripada permintaan, yang mana maksudnya tenaga kerja lebih banyak dibandingkan lapangan kerja yang ditawarkan. Akhirnya para pencari kerja kelimpungan, belum lagi kualifikasi dari perusahaan dinaikkan sesuai permintaan pasar. 

Di tengah gempuran informasi yang semakin pesat, yang mungkin tidak terpikirkan sama sekali sebelumnya, selalu ada peluang di tengah kesempitan bukan? Tumbuhlah digital marketing yang selalu bergerak cepat dan semakin mutakhir.  Enak juga kerja di rumah, antimacet-macetan di jalan, dan mengurangi ongkos pula. 

Saya berpikir untuk menuangkan hobi membaca sekaligus deep thinker yang saya miliki. Toh, sebenarnya saya itu kurang suka lingkungan pekerjaan yang berisik. Entah kenapa, kayaknya energi akan terserap habis kalau kerja kantoran. Ditambah lagi, dengan drama rekan kerja-atasan yang nambah ruwet. 

Itu sudah ada di bayangan saya. Saya sih sebenernya bukan orang yang suka konflik-konflik yang semacam itu. Saking tidak sukanya malah ingin menghindar. Saya membutuhkan lingkungan yang tenang dan aman untuk mengerjakan pekerjaan. Saya emang sedikit panikan jika ada suara yang keras. Jadi, saya membutuhkan tempat yang sepi. 

Stres akibat Kerja

Ilustrasi stress akibat pekerjaan | pixabay.com/Silvia

Namun, ternyata apa yang saya inginkan, yaitu kerja yang menyenangkan, tidak pernah saya bayangkan sama sekali meskipun bekerja fleksibel dan no drama-drama ala kantoran. Evaluasi dengan kerja tim meskipun itu kerja remote, yang jangan sampai ketinggalan. Masalah utama lainnya yaitu dikejar-kejar deadline oleh client

Belum lagi tentang hasilnya, Kalau kita ingin senang sesuai prinsip kita, tentunya itu dianggap sangat idealia. Kita berharap hasil A, ternyata client inginnya C. Mau tidak mau kita akan berbelokan susunan strategi agar hasilnya C. Tentunya tuntunan-tuntunan itu harus kita penuhi. Saya terkadang tidak mood mengerjakan pekerjaan yang saya yakini untuk senang sepanjang waktu. Saya jadi tidak bisa membedakan waktu istirahat dengan jam pekerja. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline