Lihat ke Halaman Asli

Lia Melankolia

Freelancer

Melek Digital agar Kaya Finansial dalam Momentum Presidensi G20 Indonesia

Diperbarui: 31 Juli 2022   12:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: wanita petani kopi arabika Desa Jagaraksa-Kec. Muncang-Kab. Lebak, Banten (Dok. Pribadi)

“Orang yang mempunyai informasi paling aktual dan tepat waktunya memiliki kekayaan. Berapa banyak solusi finansial yang dapat anda pikirkan untuk mengubah sebuah jeruk lemon menjadi uang jutaan?”

Inilah salah satu tulisan yang dikutip dari penulis terkenal Rich Dad, Poor Dad Robert T. Kiyosaki

Buku yang sering direkomendasikan oleh para bookstagram dan ini sangat relevan dengan sekarang yang serba cepat, tanpa terbatas ruang dan waktu. Hampir semua orang tidak lepas dengan dunia digital. Dunia yang menawarkan segala kemudahan, informasi yang berseliweran dengan cepat diperoleh dengan hanya gerakan jari tangan dilayar ponsel.

Seperti jamur yang disiram air hujan. Digitalisasi sangat tumbuh subur setiap harinya, selalu ada saja pembaharuan fitur, dan kreativitas yang menjamur. Di jaman yang serba cepat ini informasi apapun dapat diperoleh. Sekarang dengan perkembangan teknologi kapan pun dan dimana pun dapat dilakukan, dan sudah barangtentu transaksi jual-beli dapat dilakukan dengan segala kemudahan yang ditawarkan.

Kalo kata kiyai di kampungku, bahwa suatu hari nanti zaman akan semakin canggih, bahkan pecel india dapat datang ke rumah. Yup, benar saja. Dan ini terjadi! Ini kejadian! Pernyataan Ini mungkin salah satu konstruksi dari perkembangan teknologi infrormasi yang hadir saat ini.

Tiap hari datang paket, COD menjadi kata sehari-hari yang selalu dipakai. Selalu lekat dalam ucapan di bibir.

Namun sayangnya, perempuan, pemuda, dan penyandang disabilitas di desa belum menjadi aktor dan sutradara dari panggung dunia digital. Manfaat infrastruktur digital masih belum menyentuh perekonomian di pedesaan.

Ilustrasi (Dok. Kompas)

Dengan adanya momentum Presidensi G20 yang bertemakan Recover Together, Recover Stronger. Ini saatnya membuka kran kreativitas, pasca pandemi yang  memporak-porandakan ekonomi. Untuk menunjang bergeraknya perekonomian menuju kekuatan ekonomi yang tangguh.

Kita sering  mendengar bahwa perempuan, pemuda dan penyandang disabilitas belum dikatakan mandiri secara finansial. Hal ini memang tidak dipungkiri karena budaya patriarki yang kental di masyarakat sehingga perempuan belum diberikan keleluasaan dalam berekspresi. Perempuan masih dianggap kurang kompeten dan kurang capable dalam bekerja diluar pekerjaan domestik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline