Lihat ke Halaman Asli

Bahtera Nuh dalam Banjir Modernitas

Diperbarui: 12 Oktober 2024   23:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Noah Pictures / Pinterest @jacksonjdrconcert94

Ketika Banjir melanda seluruh negeri, yang tidak usang- usang dan surut. Ditambah Informasi datang ber guyuran deras membanjiri seluruh negeri tanpa kecuali. Manusia zaman Nuh sekarang justru menyembah berhala- berhala baru, dunia yang diliputi patung kotak- kotak. Mereka menuruti hawa nafsunya dalam ketidaksadaran.

 Mereka tidak sadar bahwasanya Dunianya telah tenggelam. Tenggelam dalam irasional.  Walaupun begitu Nuh tetap pada pendirian teguh untuk berdakwah kepada kaumnya yang telah tersesat menyembah mitos ilmu pengetahuan ilmiah. "Wahai kaumku, kembalilah pada jalan yang lurus !". Ajak Nuh untuk kembali kepada jalan lurus, yang diridhoi Tuhan."

Kaumnya menjawab "Jalan yang mana, wahai Nuh?, jangan omong kosong tidak Scientifik. Kau kebanyakan dongeng"

Nuh Mengatakan "Sembahlah Allah, Tuhanmu dan Tuhan semesta Alam".

Mereka justru menghina Nuh beranggapan, Nuh hanya berdongeng saja. Kebanyakan Mitos. Tetapi dengan ikhlas hati Nuh tetap mendakwahkan bahwasanya euforia kemajuan adalah penindasan terhadap ekspresi kebebasan manusia. Ia mengajak Kaumnya selalu untuk kembali kepada nurani. Tidak menyembah Nafsu Syahwat.

Dalam Banjir Modernitas, Kaumnya justru malah berenang dalam gelombang air bah teknologi. Kaumnya sebagian juga adalah para pembuat patung (industrialisasi Robot), yang telah merusak seluruh komponen alam, eksploitatif. Rumah- rumah kaumnya itu menjulang tinggi, hampir- hampir mencakar langit. Sebagian rakyat kecilnya Nuh adalah pekerja komersial yang menampilkan kebodohan untuk disembah (Followers). Pemimpin dari kaumnya adalah ahli siasat manipulasi untuk kepentingan sendiri, kolega, menipu untuk dicintai. Kekuasaan hanya untuk keluarganya sendiri. Para pengajar ulamanya, tidak pernah mengikuti Nuh. Ia penyembah Dinding. Yang menampilkan kata- kata, informasi dengan cepat.  Tiada buku dan tulisan.

Anak- anak dari kaumnya, adalah anak- anak pemalas, mereka hanya bermain layar visual, mudah cemas, dan sendirian. Tabib- tabibnya suka hal eksperimental tanpa peduli sisi kemanusiaan. Mereka ahli rekayasa genetika, Musibah Air Bah Teknologi tidak membuat sadar manusia dan umatnya. Mereka malah asyik menyembah dan tenggelam dalam Arus Modernitas. Nuh yang berhari- hari berlayar dalam Bahtera tetap mengajak kaumnya untuk kembali Kontrol Diri manusia.

Dalam Suasana Banjir itu, manusia tidak memiliki identitas apapun. Semuanya telah tenggelam dan terbawa ombak Digitalisasi. Tiada yang, memakai busana, karena busana mereka semua sama yakni busana kecanggihan. Nuh dengan bahtera yang sederhana, tanpa pengikut, tetap mengajak kembali umat manusia, kepada jalan yang benar. Tapi kebenaran pada suasana itu adalah produk dari kekuasaan.

Nuh yang sendiri dalam Bahtera, mencari Ilham Tuhan yang Maha Esa. Bahteranya kosong tanpa binatang, dan manusia hanya Nuh saja. Binatang- binatang telah punah semua dimodifikasi oleh Ilmu Pengetahuan. Manusia- manusia menyembah Patung (Robot). Bahkan ada Umatnya yang bersetubuh dengan patung itu (Humanoid). Nuh yang gelisah karena usahanya selalu gagal tiada satupun yang sadar, bahwa Ilmu Pengetahuan Ilmiah hari ini adalah Mitos yang diciptakan manusia untuk menghancurkan dirinya sendiri.

Dari Barat sampai ke Timur. Nuh terombang- ambing, berseru tapi suaranya terbungkam. Umatnya semakin tenggelam dalam kebodohan, keangkuhan, kerakusan. Mereka berperang dalam Air Bah. Mengatasnamakan kedamaian, dan Tuhan. Nuh yang melihat itu semua hanya tunduk lesu dan berdoa kepada Tuhan.  "Wahai Umatku, Musibah ini adalah pelajaran bagi engkau supaya bertakwa, jangan terlalu terlena denganya"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline