Lihat ke Halaman Asli

Perbandingan Cawapres untuk Jokowi

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hampir setiap hari kita dapati pembahasan siapa calon wakil Presiden terbaik untuk Jokowi di berbagai media online maupun konvensional. Sayangnya, tidak satupun yang cukup lugas untuk mengangkat issu yang ada di masing-masing kandidat maupun partai.

Tentu bukan karena Media takut melakukan itu, melainkan untuk kepentingan bisnis, membuat serial panjang dialog-debat-pembahasan dalam berbagai acara. Tentu tidak lagi menarik bila secara gamblang langsung buka-bukaan di depan.

Disini, kita bahas Partai dan Cawapres yang pantes untuk dampingi Jokowi, blak-blakan apa adanya. Kita urutin berdasarkan hasil Quick Count Pemilu kemarin.

1. Golkar - (Perolehan Suara QC: 15,01%)

ARB gak mungkin mau mengalah untuk menjadi Cawapresnya Jokowi. Itu sudah harga mati. Kalau Golkar koalisi dengan PDIP, yang akan dimajukan mungkin Jusuf Kalla atau Akbar Tanjung.

Walau begitu, kemungkinannya kecil Golkar ajukan mereka, karena itu sama aja bunuh diri Politik bagi ARB, gak dapet apa-apa dia dengan gembar-gembornya selama ini dan Golkar akan segera lepas dari tangannya begitu JK atau AT naik jadi Wapres.

Kemungkinan Koalisi PDIP - Golkar, gak sampe 30%.

2. Gerindra (Perolehan Suara QC: 11,77%)

Prabowo yang sudah sakit hati dikhianati perjanjian Batu Tulisnya, akan jadi Banci sejati bila menjilat ludah sendiri atas serangannya terhadap PDIP dan Jokowi selama kampanye kemarin bila memilih Koalisi dengan PDIP.

Bukan tipe Prabowo untuk merendahkan diri sendiri seperti itu, apalagi Prabowo memang punya kemampuan untuk memimpin, bukan jadi orang nomor 2.

Kemungkinan Koalisi PDIP - Gerindra lebih kecil dari Golkar, karena Prabowo gak punya calon lain yang bisa dia ajukan jadi Cawapres dari internal Gerindra. Ahok gak mungkin dipasangkan dengan Jokowi sebagai Cawapres, malah jatuh kredibilitas ke-2nya karena semua orang akan menilai Gubernur dan wakilnya kompak sama-sama meninggalkan Jakarta untuk jabatan yang lebih tinggi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline