Lihat ke Halaman Asli

Krisna Aditya

Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Apakah Meme Mampu Menjadi Alat untuk Berpikir Kritis?

Diperbarui: 29 Maret 2021   21:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: brilio.net

Berkembangnya pemikiran manusia tidak lupa diimbangi oleh perkembangan teknologi yang semakin mutakhir. Dengan semakin mutakhirnya teknologi yang berkembang, manusia mampu untuk meanfaatkannya sebagai bagian dari alat untuk berpikir lebih kritis dan menjadi sadar akan segala isu yang berkembang di sekitarnya. Biasanya hasil karya pikiran kritis manusia akan tercipta dan disebarkan melalui berbagai media sosial di era digital yang saat ini juga semakin bervariasi, seperti Pinterest, Twitter, Instagram, website 9gag, dan 1cak.

2 website akhir yang telah disebutkan diatas merupakan website yang banyak mengunggah karya-karya lucu berupa komik pendek, gambar lucu, dan meme yang memiliki banyak arti karena mengandung isu-isu yang sedang ramai diperbincangkan di dunia saat ini. Meme datang dari pemikiran seorang individu akan isu sosial maupun politik yang sedang hangat diperbincangkan. Biasanya hal ini merupakan bentuk perlawanan yang dilakukan dari sedikit banyak orang untuk menunjukkan keresahannya mengenai fenomena yang sedang terjadi. Meme ini muncul sebagai bentuk kritikan halus yang dibalut dengan komedi agar lebih banyak menarik kalangan untuk melihat apa yang sedang diperbincangkan hari hari ini. Meme ini merupakan sebuah bentuk dari Culture Jamming. Culture Jamming sendiri merupakan kegiatan yang bertujuan untuk melawan serangkaian pesan bermuatan kapitalis yang disebarkan melalui media massa (Handelman dalam Sandlin & Callahan, 2009).

Pelaku Culture Jamming terkenal dengan tindakannya yang berusaha mengguncang citra korporasi besar lewaat penggunaan strategi media massa dan periklanan. Meskipun gambar yang ditampilkan oleh pembuat ini kadang bersisfat provokatif dan memang ditujukan untuk menyadarkan masyarakat, tetapi sebenarnya mereka juga membuat hal itu terlihat lebih lucu. Culture Jamming yang berupa meme ini biasanya lebih menarik perhatian masyarakat dan mendapat sorotan bahkan dari pemerintah maupun pejabat dan bisa menjadi salah satu bahan acuan untuk menuntut si pembuat karena dianggap menghina. Hal ini terakadang masih sulit menetapkan batasan antara menghina dan mengkritik yang sebenarnya masih terlalu subjektif karena berbagai sudut pandang yang diambil seseorang untuk melihat sebuah kasus. Seperti yang dilakukan oleh sebuah komunitas, yaitu Dewan Kesepian Jakarta yang memulai membuat meme karena dilatarbelakangi oleh kehidupan anggotanya yang berstatus lajang sehingga membuat halaman media sosial yang isinya meme. Menurut penuturan anggotanya pun, meme yang dibuat memang ditujukan untuk melakukan kritik terhadap kaum dominan yang berkuasa seperti pemerintah, militer, dan aktor politik yang terlibat. Mereka menganggap ini adalah sebuah media berpendapat yang tidak dimaksudkan untuk mengubah pandangan fundamental dari masyarakat.

Proses yang dilakukan oleh Dewan Kesepian Jakarta merupakan sebuah media pembelajaran kritis bagi publik. Diluar sebuah struktur kelembagaan yang ada, Dewan Kesepian Jakarta dapat membangun sebuah media yang menjadi tempat perlawanan terhadap dominasi yang ada. Pembelajaran kritis publik merupakan upaya dalam institusi pendidikan dan media lain untuk mempertanyakan ketidaksetaraan kekuasaan, mitos, keberhasilan pelajar yang salah, dan sistem kepercayaan yang membuat individu dan kelompok menolak perubahan besar dalam kehidupannya.

Meme yang semakin banyak bermunculan di hari sekarang ini adalah salah satu bentuk masyarakat yang mengerti akan konteks yang terjadi dan dikaitkan dengan gambar yang sudah banyak tersebar di internet. Meskipun hal ini menghibur, menurut saya masih harus banyak yang diperbaiki dari pemikiran masyarakat maupun pemerintah untuk tidak menjadikan sarana kritik atau aspirasi ini sebagai bahan dasar untuk menjadi dipidanakan akibat menghina ataupun yang lainnya. Sampai saat ini pun saya sering dan menikmati meme yang berseliweran di internet. Saya rasa meme sudah punya pasarnya sendiri di mata masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline