Di sebuah desa kecil, hiduplah seorang ayah yang bijaksana dan dua orang anak. Sang ayah mencintai kedua putranya dengan sepenuh hati, mengajarkan mereka nilai-nilai kehidupan, kerja keras, dan kasih sayang. Namun, di antara keduanya, sang anak bungsu memiliki jiwa yang penuh rasa ingin tahu dan ambisi untuk menjelajahi dunia di luar batas desa mereka.
Suatu hari, anak bungsu itu mendekati ayahnya dan meminta bagian warisan yang seharusnya menjadi haknya. Dengan penuh kasih, sang ayah memenuhi permintaan itu meskipun dalam hatinya terasa berat melepaskan anaknya.
Anak bungsu itu pun pergi dari rumah, meninggalkan segala yang telah diajarkan oleh ayahnya.Di kota besar, anak bungsu merasakan kebebasan yang luar biasa. Dia menghabiskan uangnya untuk bersenang-senang, berpesta, dan menjalani kehidupan yang glamor.
Baca juga: Sajian Makanan saat Resign, Boleh Saja
Namun, seiring berjalannya waktu, semua harta yang didapatnya mulai menipis. Tanpa disadari, kebahagiaan yang dia cari ternyata hanyalah ilusi. Ketika uangnya habis, teman-teman yang selama ini mengelilinginya pun menghilang.Dalam keadaan putus asa dan kelaparan, anak bungsu itu terpaksa menerima pekerjaan sebagai penggembala babi. Dia merasa terpuruk dan jauh dari kehidupan yang pernah dia jalani. Dalam kesedihannya, dia mulai merenungkan pilihan-pilihannya. Dia teringat akan rumahnya dan kasih sayang ayahnya.
Meskipun merasa tidak layak untuk kembali, harapan untuk pulang mulai tumbuh di dalam hatinya.Dengan langkah berat namun penuh tekad, anak bungsu itu memutuskan untuk kembali ke rumah. Dia merencanakan kata-kata permohonan maaf yang akan dia ucapkan kepada ayahnya.
"Aku tidak layak disebut sebagai anakmu," pikirnya.
"Aku hanya berharap bisa menjadi salah satu pelayan di rumah."
Namun, saat dia mendekati rumahnya, sesuatu yang luar biasa terjadi. Sang ayah sudah menunggu di ujung jalan dengan penuh kerinduan. Ketika melihat anaknya dari jauh, ayah itu berlari menyambutnya dengan pelukan hangat. Air mata bahagia mengalir di wajah sang ayah saat dia memeluk anaknya erat-erat.
"Anakku," kata sang ayah dengan suara bergetar penuh kasih sayang.