Lihat ke Halaman Asli

Krismas Situmorang

Teacher, Freelancer Writer, Indonesian Blogger

Menakar Pola Asuh Anak terhadap Interaksi dalam Lingkungan Sosialnya

Diperbarui: 12 September 2024   21:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi interaksi sosial, sumber: https://id.theasianparent.com/aa000061-contoh-interaksi-sosial-kerjasama

Cara mendidik yang dilakukan oleh orang tua memiliki dampak besar terhadap pertumbuhan karakter dan tingkah laku anak. Salah satu contoh pola asuh yang sering menyebabkan masalah adalah ketika orangtua terlalu berlebihan dalam merespons situasi yang melibatkan anak di sekolah. Pola asuh yang salah tersebut bisa menghambat perkembangan sosial anak dan memisahkan mereka dari lingkungan sosial yang sehat.

Secara harafiah, pola asuh orang tua merupakan cara terbaik yang ditempuh oleh orang tua dalam mendidik anak untuk mewujudkan tanggung jawabnya terhadap anak (Arjoni, 2017).

Pendapat lain menyebutkan bahwa pola asuh perupakan pola pengasuhan yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak. Pola pengasuhan orang tua meliputi perlakuan terhadap anak, mendidik, membimbing dan mendisiplinkan serta melindungi anak dalam mencapai proses kedewasaan sampai dengan membentuk perilaku anak sesuai dengan norma dan nilai yang baik dan sesuai dengan kehidupan masyarakat (Fitriyani,, 2015)

Secara singkat dapat dikatakan bahwa pola asuh orang tua terhadap anak merupakan gambaran tentang sikap dan perilaku orang tua dalam berinteraksi dengan anak selama mengadakan kegiatan pengasuhan untuk membentuk perilaku anak yang baik.

Respon Berlebihan Orangtua di Sekolah

Seringkali kita melihat orangtua bereaksi secara berlebihan bahkan emosional ketika anak mereka mengalami masalah di sekolah. Misalnya: nilai rendah, konflik dengan teman, atau teguran dari guru. Daripada membiarkan anak belajar mengatasi masalah, sebagian orangtua lebih memilih ikut campur langsung, bahkan menegur guru atau teman anak mereka. Upaya untuk melindungi anak dari rasa kecewa atau kegagalan mungkin dilakukan, tetapi hal tersebut dapat berdampak negatif pada pertumbuhan emosional anak.

Anak-anak yang sering melihat orangtua mereka overreact cenderung kesulitan menangani masalah sendiri. Anak-anak semakin bergantung pada orangtua dalam menyelesaikan pertikaian, yang dapat menghambat kemampuan mereka untuk menjadi mandiri dan menyelesaikan masalah sendiri di masa depan. Tak hanya itu, guru atau pihak sekolah mungkin merasa kurang nyaman bekerja bersama orangtua yang terlalu sering ikut campur dalam segala situasi kecil, sehingga hubungan antara sekolah dan keluarga bisa terganggu.

Kesalahan Pola Pengasuhan di Masyarakat

Penting sekali dalam menciptakan perlindungan anak. Namun, pengasuhan yang terlalu protektif atau "helicopter parenting" juga dapat membuat anak sulit berinteraksi dalam lingkungan sosial. Orangtua yang selalu ingin melindungi anaknya dari segala kesulitan, tanpa disadari, membatasi kesempatan anak untuk belajar berinteraksi dengan teman sebaya dan menyelesaikan konflik.
Contohnya, jika orangtua selalu mengontrol pertemanan anak atau melindungi mereka dari segala kekecewaan, maka anak akan terhalang untuk belajar keterampilan sosial penting seperti kompromi, empati, dan penyelesaian konflik. Individu yang dididik dengan cara tersebut sering kali berkembang menjadi individu yang canggung dalam interaksi sosial, kurang yakin dengan diri sendiri, dan sulit berkolaborasi dengan orang lain.

Tidak hanya itu, cara mendidik yang terlalu membatasi anak dari interaksi sosial yang berbeda-beda dapat menghasilkan individu yang tertutup dan kurang menerima perbedaan. Seorang anak yang terlalu diatur atau dilindungi bisa kesulitan beradaptasi di lingkungan yang lebih luas ketika dewasa, misalnya di tempat kerja atau di masyarakat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline