Ketika seseorang menghadapai gempuran problema hidup dan penderitaan yang datang silih berganti, perisai apa yang paling kuat di atas bumi ini?
Jawabannya adalah: hati seorang ibu.
Berbagai penderitaan dan persoalan hidup bagai senjata penghancur, panah beracun, dan belati tajam yang akan menyerang hati seorang ibu. Mungkin saja ia akan tersakiti bahkan terluka.
Tetapi, apakah hati ibu akan hancur? Tidak, karena hati ibu memiliki kemampuan untuk menyembuhkan sendiri lukanya. Kemampuan itu yang jamak kita sebut dengan istilah: ketabahan.
Berkat anugerah kemampuan itu, seorang ibu mampu bertahan dan bersikap sabar dalam waktu yang panjang. Ibu adalah orang yang pintar menyembunyikan perasaannya.
Ia artis yang bisa tersenyum manakala hatinya sedang menangis, manakala ia terlihat kuat saat kakinya gemetar menatap penderitaan anak-anaknya.
Ketabahan ibu menghasilkan kelembutan yang mampu menghangatkan perasaan, menaklukkan kekerasan hati yang dingin dan keras.
Dalam kelembutan itu, anak akan menemukan rumah kecilnya. Tempat ia meletakkan perasaan dan hatinya hingga merasa aman dan terlindungi.
Rumah kecil itu pula yang akan selalu dituju bilamana suatu saat nanti, anak pergi menjauh.
Di rumah itulah anak akan mendengar namanya disebut dalam setiap untaian kata permohonan kepada Tuhannya.