Lihat ke Halaman Asli

Krismas Situmorang

Teacher, Freelancer Writer, Indonesian Blogger

Fenomena "Post Holiday Blues" Pasca Liburan

Diperbarui: 4 Januari 2024   21:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Di luar, hujan rintik-rintik nan rapat cukup membuat udara semakin dingin dan jalanan menjadi basah. Ya, hari ini adalah hari pertama masuk sekolah. Tapi, tak banyak siswa sekolah ditemukan di perjalanan. Jalan raya pun terasa lebih lancar dibandingkan hari-hari sebelumnya. Perjalanan hari ini lebih lancar dari biasanya.

Pagi ini, ruang breefing tampak sepi. Hanya ada beberapa orang yang tampak hadir. Ah, mungkin karena hujan. Beberapa waktu kemudian, orang-orang mulai berdatangan. Tapi, karyawan yang memasuki ruang breefing tidak sebanyak hari kerja normal sebelumnya. 

Dalam breefing pagi, terdengar beberapa penyebab ketidakhadiran beberapa karyawan. Umumnya, ketidakhadiran mereka disebabkan karena tiket perjalanan yang agak sulit didapatkan karena angkutan umum yang penuh.

Tapi, dapat dilihat hari ini, semangat kerja tidaklah seperti sebelumnya yang serba cepat dan agresif. Apa yang terjadi?

Post Holiday Blues 

Istilah ini sering terdengar ketika melihat orang berada dalam situasi mem-'biru' pasca liburan terutama jika liburan itu dirasakan terlalu singkat dan telah dilewati dengan penuh kesan. 

Situasi emosional sesaat ini tampak dalam perilaku merasa malas, kosong, tak berdaya, kesepian, mirip seperti orang kebingungan, kurang konsentrasi, lesu (mungkin akibat kelelahan), terkesan kurang tidur, dan ciri-ciri lain yang hampir serupa.

Situasi emosional ini memang jamak terjadi setelah liburan selesai. Suasana lingkungan kerja akan terkesan hambar, lambat, dan tanpa spirit. Jika dibiarkan terus menerus akan memberi efek negatif bagi lingkungan kerja. 

Pimpinan di lingkungan kerja harus mampu membaca situasi seperti ini. Pertama, pemimpin harus berada di luar situasi ini dulu. Kemudian mulai mempengaruhi rekan kerja yaitu para anggotanya. 

Tidak ada salahnya membuat gerakan-gerakan motivasi seperti yel-yel untuk membakar semangat kerja. Gerakan motivasi dapat menghidupkan suasana, membangkitkan semangat kerja, dan membangun komunikasi sosial yang bersahabat. 

Jika semua karyawan sudah melakukan gerakan-gerakan ini, pemimpin dapat memulai dengan 'menekan tombol jalan cepat'agar setiap orang merasa dipengaruhi. Targetnya adalah, setiap orang saling memotivasi dan saling memberi semangat. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline