Lihat ke Halaman Asli

Eko Kristie

Payung itu melindungi diri. Payung itu norma, tradisi, agama, dan segala sesuatu yang menjadikan hidup semakin nyaman.

Pak, Mari Menakar Usia untuk Menuai Pahala!

Diperbarui: 22 Mei 2019   13:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pak Prab, saya turut mengutip berita ini: "Saudara sekalian, saya ingatkan, perjuangan kita harus damai, perjuangan kita harus bebas dari kekerasan. Memang kami-kami banyak yang mantan tentara, kami mengerti apa arti perang dan kekerasan. Kami tidak menginginkan sama sekali kekerasan digunakan dalam kehidupan politik Indonesia."

Pak Prab, saya menyukai cara sampeyan menimbus kondisi politik yang meninggi. Terlepas dari segala praduga bahwa sampeyan telah terlepas dari pengaruh setan-setan gundul, semoga hal itu menandai buyarnya jerat manipulatif yang membelenggu kesadaran. Terlepas pula dari sikap temperamental sampeyan, kini mulai tampak sikap keprajuritan untuk tidak mendukung kekerasan yang menodai kedamaian. Kepentingan semesta Indonesia telah menjadi acuan dalam menanggapi beragam gelagat jahat. Kesadaran telah menggiring sampeyan untuk mengoyak sekat-sekat kebebalan.

"Bilamana Saudara disakiti, jangan membalas. Selalu memberi kedamaian, selalu memberi langkah yang baik dan positif, itu permintaan saya. Saya kira itu pesan saya malam hari ini. Marilah kita berdoa agar hari-hari yang akan datang adalah hari yang akan bawa kebaikan bagi seluruh bangsa dan negara rakyat Indonesia."

Pak Prab, andaikata sampeyan telah mengalami pencerahan, maka konsistensi sikap yang mendahulukan kepentingan bangsa dan negara, pasti akan mewarnai kiprah sampeyan selanjutnya. Kita boleh berteman dengan pihak mana pun, menerima info apa pun, juga mengajak terlibat untuk mewujudkannya. Namun, ada ukuran dan takaran yang paling pantas bagi negara yang kita cintai ini. Ukuran dan takaran itu teramat jelas: kebinekaan, Pancasila, UUD 1945, dan NKRI. Segala sesuatu yang mencederai keempatnya, pasti tidak cocok bagi bangsa Indonesia. Kendati masih saja muncul para cecunguk yang sengaja menodai (bahkan ingin mengganti), sampeyan sudah mengerti untuk berdiri di mana dan dengan siapa.

Pak Prab, kita bangsa yang besar, negara kita tergolong (masih) kaya, tentu harus dengan tata kelola berdasar pada kemaslahatan bagi semua agama, suku, budaya, tradisi, bahkan profesi. Kita tidak butuh paham khilafah yang kenyataannya (di beberapa negara asal paham ini) justru menghancurkan dan menyengsarakan rakyat. Sampeyan sudah mengibaskan rongrongan pihak-pihak yang bermaksud mem-boneka-kan diri sampeyan. Salut. Sampeyan telah mencapai fase menyurutkan ambisi, terutama kehormatan untuk dijunjung-junjung dan meletakkan diri ke tempat yang selayaknya.

Pak Prab, barangkali saya menduga secara salah, sebab memandang sikap sampeyan bukan manuver dalam berpolitik. Seandainya sikap itu suatu taktik dalam politik, saya masih berharap pada sampeyan untuk berkontribusi bagi masa depan bangsa dan negara ini.

Pak Prab, umur manusia kian menua, tidak ada satu pun manusia yang tahu kapan dijemput oleh-Nya. Namun, ada satu keyakinan yang sama dalam diri manusia beriman, manakala kita berjumpa dengan-Nya akan ditanting tanya: apa amalmu di dunia?

Pak Prab, salam mengisi masa tua dengan perjuangan cinta pada bangsa dan negara!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline