Lihat ke Halaman Asli

Persepsi, Kepercayaan dan Legitimasi Publik kepada Polisi

Diperbarui: 24 Juni 2015   16:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13632978951160748079

Bagaimana Persepsi publik terhadap polisi??

Image masyarakat terhadap polisi ternyata sangat kompleks. Bila dikatagorikan, persepsi masyarakat terhadap polisi ternyata dapat dikelompokkan dalam tiga kategori umum, yaitu:

1)Pandangan secara umum

2)Persespsi  terhadap hasil kinerja polisi; dan

3)Persepsi dari proses kinerja polisi.

(*http://www.theiacp.org/PoliceServices/ProfessionalAssistance/ThePublicImageofthePolice/tabid/198/Default.aspx#ch1)

Ada banyak cara yang berbeda untuk mengukur setiap aspek. Hasil temuan dapat bervariasi sesuai dengan yang aspek diukur dan bagaimana masing-masing elemen tersebut diukur.

Polling dari sejmulah populasi warga di di Amerika Serikat menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat memiliki pandangan positif terhadap polisi-nya. Tingkat penilaian tersebut sangat tergantung pada kapan dan bagaimana cara survey dilakukan. Namun rata-rate tingkat persepsi positif mereka terhadap polisi-nya kebanyakan mendapatkan penilaian antara 51 dan 81 persen.

Perbedaan menyolok terjadi ketika survey dilakukan untuk menilai pelayanan polisi pada lingkungan mereka sendiri, responden cenderung menghasilkan evaluasi yang lebih tinggi. Ini berarti bahwa sangat sedikit warga yang memberikan penilaian negatif terhadap polisi-nya.

Polisi di Amerika berbeda organisasi dan saling terpisah satu sama lain. Namun demikian, dari hasil berbagai survey, tergambarkan bahwa tingkat kepercayaan publik terhadap polisi sangatlah tinggi dibandingkan dengan institusi pemerintahan yang lain. Sebagian besar warga merasa puas dengan layanan polisi di lingkungan mereka sendiri, dan tingkat kepuasan ini tampaknya sedikit berbeda dari satu kota ke kota lain.

Pengalaman warga dengan polisi mempengaruhi semua penilaian mereka terhadap polisi. Semakin banyak pengalaman positif dengan polisi, maka semakin tinggi tingkat persepsi warga terhadap polisi. Namun demikian, pengalaman buruk terhadap polisi tidak bisa cepat dirubah menjadi positif dan memerlukan kerja keras polisi untuk melakukannya.

Sebagian besar publik Amerika ternyata jarang yang berurusan secara langsung dengan polisi dalam keseharian mereka. Bila kita cermati, hal ini akan menyulitkan polisi untuk melakukan upaya perbaikan image dengan hanya mengandalkan pada cara kontak langsung dengan masyarakat.

Ternyata selama ini di Amerika, sebagian besar warganya mendasarkan pengetahuan tentang polisi berdasarkan pada berita media massa dan cerita dari mulut kemulut yang dikembangkan oleh beberapa orang yang mempunyai pengalaman berinteraksi dengan polisi. Masyarakat memahami kinerja polisi berdasarkan berita yang dibuat oleh media massa, baik itu dalam bidang penanganan kejahatan maupun dalam bidang-bidang lain. Berita buruk menyangkut kinerja kepolisian dan ketidak mampuan mereka dalam menangani kejahatan akan mempengaruhi pandangan umum masyarakat terhadap polisi. Berita buruk tentang kepolisian akan dapat mendistorsi persepsi publik terhadap polisi dan bisa berdampak pada ketidak percayaan masyarakat pada polisinya.

Antara 1990-an dan pertengahan 2000-an, dimana organisasi polisi di Amerika mulai berupaya meningkatkan upaya memberikan perlindungan kepada masyarakat melalui berbagai tindakan mengurangi kejahatan, berdampak pada peningkatan penilaian positif masyarakat terhadap polisi-nya. Dengan peningkatan kepercayaan tersebut, maka banyak warga yang kemudian terlibat bersama polisi pada upaya menciptakan keamanan lingkungan secara sinergis.

Pada dekade terakhir ini, mayoritas publik Amerika menyatakan pandangan positif tentang bagaimana polisi memperlakukan masyarakat. Polisi medapatkan peringkat tertinggi sebagai aparat yang membantu warga dengan ramah dan juga dianggap sangat adil dalam memperlakukan mereka. Persepsi publik terhadap kejujuran polisi dan pemenuhan standar etika telah meningkat secara substansial akhir-akhir ini.

Dewasa ini, mayoritas publik Amerika tidak lagi melihat kebrutalan polisi di daerah mereka. Hal sebaliknya terjadi dimana pada pertengahan 1960-an sampai akhir tahun 1990-an persentase warga yang melihat kebrutalan telah meningkat sekitar tiga kali lipat. Berkaca dari persepsi tersebut, maka publik Amerika kemudian mulai melakukan tuntutan kepada polisi untuk mengurangi kekerasan dalam menangani kejahatan kalau tidak ingin image polisi menjadi buruk dimata mereka.

Dari berbagai contoh hasil riset diatas, saya melihat bahwa legitimasi warga masyarakat sangatlah signifikan dalam kaitan dengan tingkat kepercayaan masyarakat. Disatu sisi, legitimasi masyarakat ternyata sangat bergantung pada persepsi warga tentang bagaimana polisi memperlakukan mereka dari pada persepsi keberhasilan polisi dalam mengurangi kejahatan. Kepercayaan masyarakat dan dukungan mereka pada polisi tampaknya sangat tergantung pada persepsi publik tentang bagaimana polisi memperlakukan mereka.

Ketika persepsi publik menjadi meningkat terhadap polisi, maka kepercayaan mereka juga otomatis meningkat dan pada akhirnya akan mempengaruhi kesediaan mereka untuk mematuhi hukum dan mematuhi polisi.

Sebuah pelajaran lain yang bisa dipetik adalah; bahwa ketika publisitas negatif yang berlebihan terhadap polisi di suatu daerah ternyata bisa berdampak secara nasional dan dapat menurunkan persepsi warga ditempat lain terhadap polisinya (yang pada akhirnya dapat menurunkan tingkat kepercayaan warga kepada polisi). Untuk itu, polisi sudah harus mulai memainkan peran public relation secara serius dalam rangka menata kelola publisitas polisi yang sudah berlebihan dewasa ini.

Polisi tidak perlu berkecil hati, karena tingkat persepsi publik itu tidak bersifat ”abadi” dan tentu saja bisa dikelola oleh para pakar kepolisian melalui berbagai langkah positif yang bisa dikembangkan oleh Polri. Berbagai langkah posisitf, seperti mengurangi tindakan kekerasan, mengurangi perilaku menyimpang, dan meningkatkan tindakan pada hal-hal kecil yang bernilai positif. Selain itu, polisi juga harus mulai dapat mengurangi publisitas berlebihan pada berita penegakkan hukum, karena apapun tindakan kepolisian pada penegakkan hukum akan memicu respon negatif dari pihak yang tidak senang yang pada akhirnya bisa berdampak pada penilaian negatif masyarakat tertentu. Tingkat ketertiban masyarakat Indonesia yang berbeda dengan Amerika, memerlukan pendekatan yang lebih membumi dan membutuhkan kejelian para manajer kepolisian dalam mengelola persepsi publik bagi peningkatan kepercayaan dan legitimasi kepolisian.

Salah satu hal yang bisa dikembangkan adalah bahwa ketika warga masyarakat secara bersama merasakan bahwa polisi itu ada untuk mereka, maka kesediaan mereka untuk bekerja sama mematuhi hukum dan termasuk mendukung penciptaan kondisi kamtibmas yang kondusif akan lebih mudah diwujudkan.

http://catatansibedu.blogspot.com/2013/03/persepsi-kepercayaan-dan-legitimasi.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline