Lihat ke Halaman Asli

Pelajar Aceh Barat Akan Melakukan Doa Bersama di Pemakaman Massal

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ketika gempa dan tsunami melanda Pantai Barat Aceh pada Minggu, 26 Desember 2004, Dewi Sartika, Risky Saputra, Adi Novanta, Chychy Nursiah masih duduk di bangku kelas enam Sekolah Dasar. “Ketika itu saya sedang menonton film kartun” kisah Adi Novanta, pelajar Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Meulaboh Aceh Barat. “Kalau saya sedang bermain lompat tali bersama kawan-kawan” Kata Dewi Sartika yang juga pelajar kelas 2 Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Meulaboh Aceh Barat. “Saya sedang bantu mama nyuci pakaian” kisah Chychy Nursiah yang juga pelajar kelas 2 Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Meulaboh.

“Intinya bahwa kami semua tidak tahu kalau akan terjadi gempa dan tsunami yang akhirnya menelan ribuan korban jiwa yang tidak hanya melanda Aceh tetapi juga hampir seluruh Asia Tenggara”. Tambah Risky Saputra pelajar kelas 2 Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Meulaboh.

Kisah keempat pelajar yang tergabung dalam Peace and Green Community, sebuah organisasi pelajar yang concern pada pembangunan perdamaian, keadilan dan keutuhan ciptaan di Aceh Barat ini adalah hanya sebagian kisah dari ribuan kisah lain tentang peristiwa gempa dan tsunami Aceh ketika itu. “Tapi kami beruntung, kami selamat” kisah Dewi.“Banyak dari sahabat-sahabat kami yang kelihangan orang tua, kakak dan adik serta sanak famili” tambahnya.

Kendati tidak terbersit guratan trauma pada wajah mereka, keempat sahabattersebuttampak masih menyiman duka yang mendalam atas kehilangan anggota keluarga sahabat-sahabat mereka. “Setiap tahun kami mengenang peristiwa ini sebagai peristiwa berkabung, dan untuk mengenang itu kami biasanya melakukan doa bersama di kuburan massal, mesjid agung atau di sekolah” kata Adi yang juga Ketua Umum Peace and Green Community.

“Pada 26 Desember 2010, mengenang enam tahun gempa dan tsunami Aceh, kami para pelajar yang tergabung dalam Peace and Green Community bekerjasama dengan beberapa lembaga swadaya masyarakat lokal, himpunan mahasiswa dan kampus akan melaksanakan doa bersama di pemakanan massal korban Tsunami” jelas Adi.

“Ini bukan sekedar kegiatan rutin, tetapi juga dan lebih penting dari itu adalah memaknai gempa dan tsunami sebagai momen penting untuk perubahan Aceh ke depan, baik sebagai momen pertobatan maupun sebagai momen perdamaian”tambah Adi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline