Lihat ke Halaman Asli

Makna Kasih di Balik Sungai Deli, Kampung Badur

Diperbarui: 13 Januari 2016   13:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu kebanggan bisa mengenal kau, Sungai Deli. Suatu keberuntungan aku bisa berbagi kasih dengan adik-adik di Sanggar Anugerah Kampung Badur. Hal ini kudapati ketika aku bisa bergabung sebagai calon anggota di komunitas pencinta alam yang ada di kampusku. Banyak ilmu dan praktek-praktek yang mengajarkanku betapa indahnya ciptaan Tuhan, betapa dahsyatnya karya Tuhan bagi manusia. Tapi yang paling disayangkan yaitu tangan-tangan manusia yang tak mempedulikan kebersihan, keindahan dari pada sungai, gunung atau apapun itu. Hati ini sangat tersayat. Membuktikan memang manusia itu jahat, dalam artinya mementingkan egonya sendiri(kalangan yang merasa).

Pagi itu, tepat pukul 10 kami telah berkumpul bersama untuk memulai perjalanan kami. Walau perjalanan ini tidak sejauh yang dibayangkan, tapi pengalaman yang dirasakan memberikan kesan yang mendalam. Berangkat bersama teman-teman lainnya, menuju Taman Edukasi Avros. Dengan berkendara roda dua, menempuh waktu sekitar 15 menit dari kampus Politeknik Negeri Medan. Tiba di tempat, aku memerhatikan sekelilingku, dan pandanganku tak lepas dari aliran Sungai Deli yang mengalir menuju ujungnya berada. Lakukan sedikit pemanasan, belajar cara menggunakan pelampung yang baik dan juga cara menggunakan dayung yang tepat. Dan yess, petualangan baru akan dimulai. :D

Hal pertama yang kami lakukan adalah membiasakan diri dan suhu tubuh dengan air Sungai Deli. Mengapungkan diri secara individual dengan cara melentangkan badan mengikuti arusnya. Dilanjutkan yang awal secara pribadi, kini dua-dua orang secara bersamaan. Sedikit takut membayangi pikiranku, tapi setelah dijalani tidak sesulit yang dirasakan faktanya. Hal ekstrim selanjutnya yang dilakukan adalah arum jeram.

Tetap harus ada latihannya yang dipandu oleh senior yang menjadi pengarah kami. “Dayung Maju, Dayung Kiri, Dayung Kanan, Tarik, Back Back.” Beberapa instruksi yang kudengar di hari itu. Ternyata, mendayung itu yang paling penting bukan mengenai seberapa kuatnya dan seberapa hebatnya seseorang, melainkan seberapa mampunya kamu dan teman-temanmu menjalin apa yang disebut dengan “Kekompakan”.

Selesai praktek, kami pun melakukan petualangan kami selanjutnya. Kampung Badur tujuan kedua kami. Di sana akan kami lakukan Sosialisasi Peduduk. Untuk ke sana,  dengan menggunakan jalur air sekitar 1 jam. Kami dibagi dalam 2 tim. Dan aku berada dalam tim merah. Karena perahu karet yang dipakai memang warna merah. :D . Selama perjalanan, sampah tidak bisa dielakkan di kehidupan Sungai Deli. Begitu banyak sampah. Sungguh sayang. Air Sungai Delipun tampak sangat kumuh. Sangat tidak layak dikonsumsi atau dipakai oleh warga sekitar. Rumah-rumah yang hanya bertembokkan kayu berdiri bersama menara maupun gedung yang nyaris menjulang langit yang dari kejauhan sangat terlihat jelas.  Seperti ada pembatas si kaya dan si miskin. Mirisnya keadaan tersebut. Ayolah, kita yang membuat hal ini terjadi semestinya dan memang seeharusnya kita yang meemperbaiki. Biar tidak ada kesenjangan dan perbedaan golongan di Negara terecinta ini.

Satu jam telah terlalu, sampailah kami di Sanggar Anugerah Kampung Badur. Mendapatkan pengarahan untuk bisa mengajak adik-adik di tempat itu bermain-main, menjadi tantangan tersendiri. Menjadi kesan yang baru untuk menjadi orang lebih ramah dan peduli terhadap sekitar. Kegembiraan, canda tawa, tarian, nyanyian mengelilingi suasana di langit sore Kampung Badur. Ada beberapa komunitas dari berbeda kampus ataupun non kampus yang sering mengunjungi tempat ini untuk berbagi bahwa pendidikan itu perlu dan Sungai Deli harus dijaga.

Hari menunjukkan pukul 6 sore, kamipun harus meninggalkan tempat itu dan melanjutkan kembali pulang. Meninggalkan jejak, kenangan dan juga buku-buku yang telah kami sediakan dari awal untuk diberikan ke perpustakaan kecil di Kampung Badur itu. Semua terasa hebat. Semau terasa menakjubkan. Memang aku sangat beruntung. Tak dapat dibeli pengalaman yang aku dapatkan. Satu harapan, agar teman-teman yang tinggal di sana kelak menjadi orang besar yang hebat dan ingat Sungai Deli tempat mereka berjuang bersama dan pencetus perbaikannya. Sekian dan terima kasih!!

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline