Lihat ke Halaman Asli

Kris Banarto

TERVERIFIKASI

Pemerhati Bisnis dan Humaniora

Mengumpulkan Sesuatu yang Tidak Kelihatan

Diperbarui: 11 Juni 2022   17:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hand heart photo created by jcomp - www.freepik.com

"Anda akan kesepian jika membangun tembok, bukan jembatan."

Apa yang kelihatan di bumi ini cepat atau lambat akan berakhir. Harta yang dikumpulkan bertahun-tahun dan mungkin dapat diwariskan ke anak dan cucu akan berakhir ketika bumi ini yaumul kiamah atau lenyap.

Demikian pula gelar yang disematkan pada awal atau akhir nama, jabatan yang disandang, kedudukan, dan pangkat akan ditinggalkan. Kesenangan menikmati indahnya negara-negara maju, keindahan alam dan kebahagiaan berkumpul bersama keluarga akan berujung.

Ada saatnya kita berbaring seorang diri dan tidak seorang pun yang dapat menolong. Sementara kita mesti rela menanggalkan segala atribut duniawi yang melekat dan kita harus berhadapan dengan Sang Pencipta.

Pada saat itu kita akan mengalami kegentaran, bila persediaan yang kita bawa belum cukup untuk melayakkan kita kepada Sang Pencipta. Dia tidak memerlukan seberapa harta yang kita miliki, seberapa tinggi jabatan atau seberapa banyak gelar yang diperoleh.

Namun, Dia akan mempersoalkan kebaikan, perilaku, kesetiaan, amal-ibadah, kepercayaan, kepedulian, kasih, tutur kata, sikap, karakter dan sebagainya yang menyangkut perkara-perkara yang tidak kelihatan, yang selama ini justru luput dari perhatian.

Realitas Kehidupan

Masalahnya bahwa realitas kehidupan itu belum disadari oleh sebagian orang atau mungkin banyak orang. Mereka hanya mengejar perkara-perkara yang kelihatan dan mengabaikan perkara-perkara yang tidak kelihatan.

Jika sudah menyangkut perut mereka memperjuangkan mati-matian terkadang tanpa menjunjung etika dan moral yang semestinya dijunjung tinggi. Mengumpulkan harta menjadi agenda utama dan keimanan menjadi sesuatu yang tidak penting.

Dan bilamana sudah memiliki banyak harta dan memiliki kedudukan mereka menjadi angkuh dan melupakan Sang Pencipta. Mereka dapat mengatur segala sesuatu dengan uang dan ukuran hidupnya adalah uang.

Uang Mengatur Kehidupan

Mereka menganggap uang adalah segala-galanya dan dengan uang dapat membeli apa saja yang diinginkan. Bersenang-senang, pesta pora, dan menghambur-hamburkan uang menjadi gaya hidupnya.

Mereka tidak menyadari bahwa semuanya akan berakhir ketika menutup mata. Bisa jadi sebelum menutup mata mereka sadar bahwa hidup itu singkat dan harus menghadapi pengadilan Sang Pencipta, namun semuanya sudah terlambat. Berapapun harta yang dimiliki tidak akan mampu memperpanjang umur.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline