Lihat ke Halaman Asli

Kris Banarto

TERVERIFIKASI

Pemerhati Bisnis dan Humaniora

Hybrid Marketing Menjadi Solusi Bisnis di Era Digital

Diperbarui: 26 September 2021   09:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi hybrid marketing dalam bisnis di era digital. Sumber: Shutterstock via Kompas.com

Pandemi Covid-19 telah memukul industri ritel Indonesia. Pembatasan aktivitas masyarakat ke luar rumah, menyebabkan banyak aktivitas dilakukan di dalam rumah. Apalagi beberapa waktu lalu pada masa PPKM pemerintah menerapkan aturan bahwa pusat perbelanjaan atau mal tutup.

Sebagian masyarakat yang biasanya hangout di kafe atau kedai kopi untuk sementara mengurungkan niatnya. Praktis kedai kopi menjadi sepi sebagai dampak dari pandemi. Namun terlepas dari itu sebenarnya ada peluang yang sebenarnya muncul.

Kebiasaan ngopi sudah menjadi bagian dari gaya hidup dan rupa-rupanya tidak mudah untuk dipisahkan. Menurut hasil riset dari Inventure dan Avara menunjukkan konsumsi kopi sachet menempati angka tertinggi dalam konsumsi selama pandemi yaitu sebesar 48,4 persen disusul dengan kopi kemasan 36,3 persen dan paket manual brew 16,7 persen. (Katadata.co.id, 24 September 2021).

Studi Kasus Bisnis Kopi

Peluang bisnis kopi adalah kebiasaan minum kopi di gerai dan dipindahkan ke dalam rumah. Untuk itu banyak perusahaan kopi yang memproduksi kopi kemasan literan agar mudah dikonsumsi di rumah. Bisnis kopi yang melakukan strategi itu adalah Maxx Coffee, Roempi Coffee, Kopitagram, Starbucks dan Kopi Kenangan.

Konsumsi kopi sepanjang tahun 2016-2021 di tanah air di prediksi tumbuh sekitar 8,22% per tahun. Dan pada 2021 ini pasokan kopi diprediksi mencapai 795 ribu ton (konsumsi 370 ribu ton) atau terjadi surplus sebesar 425 ribu ton.

Kopi Kenangan

Harumnya bisnis kopi di Indonesia dimanfaatkan oleh dua pemuda bernama Edward Tirtanata dan James Prananto pada Agustus 2017 jauh sebelum masa pandemi. Mereka menamakan Kopi Kenangan sebagai kedai kopi berkonsep grab and go, yang menawarkan para penikmat kopi tidak harus datang ke kedai namun dapat memesan melalui aplikasi Go Food dan Grab Food.

Nama Kopi Kenangan dipilih sebagai brand karena mengandung kearifan lokal dan namanya sebagai diferensiasi dibandingkan kedai lokal yang menggunakan nama asing. Menurut Edward, ia akan mengembangkan produk minuman non kopi untuk anak-anak. (Swa.co.id, 23 Desember 2018).

Strategi pemasaran dengan cara menggabungkan pelayanan di kedai atau offline dan penjualan pengiriman atau online ternyata cukup efektif. Penjualan pada Oktober 2018 sebanyak 200 ribu cup atau sekitar Rp 4 miliar dari 16 gerai yang telah dibuka.

Hingga saat ini Kopi Kenangan telah memiliki 400 gerai. Tahun 2020 lalu Kopi Kenangan mendapatkan pendanaan sebesar Rp 280 miliar dari Sequoia India, artis Shawn Corey Carter atau Jay-Z dari AS dan petenis Afro-Amerika Serena Wiliams. Tahun depan Kopi Kenangan merencanakan melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia.

CEO Kopi Kenangan Edward Tirtanata (Sumber foto Merdeka.com)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline